“Apapun infrastrukturnya, ujungnya kembali pada manusianya. Tapi dengan skrining yang lebih baik, kita bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa,” tegas Budi.
Sebagai langkah nyata, pemerintah sedang mendistribusikan CT Scan dosis rendah ke seluruh kota di Indonesia. Teknologi ini memungkinkan layanan kesehatan melakukan skrining kanker paru secara cepat dan merata.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga menyiapkan 514 laboratorium imunohistokimia di kota-kota tersebut untuk mendukung diagnosis dengan akurasi lebih tinggi. Di tingkat provinsi, akan dikembangkan laboratorium patologi anatomi berbasis teknologi Next Generation Sequencing (NGS) sehingga diagnosis kanker dapat dilakukan lebih cepat sekaligus menunjang terapi yang lebih tepat sasaran.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)