Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Perbedaan Gen Z dan Milenial di Dunia Kerja

Gilang Patria Ramadhan Baskoro , Jurnalis-Minggu, 10 Agustus 2025 |16:27 WIB
Perbedaan Gen Z dan Milenial di Dunia Kerja
Perbedaan Gen Z dan Milenial di Dunia Kerja (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA – Pergeseran generasi di dunia kerja memunculkan tantangan baru bagi perusahaan. Gen Z yang diperkirakan segera melampaui jumlah Milenial secara global memiliki karakteristik, nilai, dan ekspektasi yang berbeda dari pendahulunya. Meski demikian, keduanya sama-sama mendorong perubahan cara perusahaan memandang karyawan dan budaya kerja.

Karakter dan Nilai Gen Z

Laporan Understanding Generation Z in the Workplace dari Deloitte menyebutkan bahwa Gen Z tumbuh di era pasca-resesi besar, perkembangan teknologi pesat, serta kesadaran tinggi terhadap isu sosial dan lingkungan. Gaji tetap menjadi faktor penting, namun mereka rela menukar sebagian pendapatan demi pekerjaan yang bermakna.

Keragaman menjadi nilai inti Gen Z, tidak hanya dalam ras dan gender, tetapi juga identitas dan orientasi. Mereka cenderung memilih perusahaan yang memiliki komitmen nyata terhadap isu global seperti keberlanjutan, perubahan iklim, dan pengentasan kelaparan.

Dalam keterampilan kerja, Gen Z dinilai siap menghadapi masa depan dengan empat kompetensi utama: penguasaan teknologi digital, kemampuan analisis data, keterampilan manajemen bisnis, serta kreativitas dan desain.

Karakter Milenial di Tempat Kerja

Milenial atau Generasi Y, yang lahir antara 1981 dan 1996, merupakan kelompok demografis terbesar di dunia kerja saat ini dan diproyeksikan mencakup 75% tenaga kerja global pada 2025. Mereka dikenal sebagai generasi kolaboratif, senang membangun koneksi, serta gemar belajar dan mengembangkan keterampilan baru.

Meski fleksibel dan cepat beradaptasi, Milenial juga memiliki reputasi sebagai job hopper atau mudah pindah kerja jika kebutuhan dan ekspektasi mereka tidak terpenuhi. Tiga peristiwa besar yang membentuk karakter Milenial adalah krisis ekonomi global 2007–2009, serangan teroris 11 September 2001, dan pesatnya perkembangan internet.

 

Kesamaan dan Perbedaan

Baik Gen Z maupun Milenial mengutamakan fleksibilitas kerja, peluang pengembangan keterampilan, dan keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance). Mereka menginginkan pekerjaan yang selaras dengan nilai dan tujuan pribadi, serta tidak ragu berpindah pekerjaan demi mencapainya.

Namun, keduanya memiliki perbedaan mendasar:

Kolaborasi: Milenial senang bekerja dalam tim, sementara Gen Z lebih menyukai interaksi langsung tetapi cenderung menyelesaikan tugas secara mandiri.

Privasi: Gen Z lebih berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi dibanding Milenial.

Pendekatan keuangan: Gen Z lebih konservatif dalam mengelola uang, belajar dari pengalaman Milenial yang cenderung berani mengambil risiko finansial.

Teknologi: Milenial menganggap teknologi sebagai alat bantu, sedangkan Gen Z memandangnya sebagai bagian dari kehidupan.

Profesionalisme: Gen Z lebih menilai keterampilan dibanding penampilan fisik, sehingga norma berpakaian dan gaya kerja menjadi lebih longgar.

 

Komunikasi Lintas Generasi

Riset Notta.ai menunjukkan adanya kesenjangan bahasa dan gaya komunikasi antara Gen Z, Milenial, dan generasi yang lebih senior. Perbedaan ini kerap memicu miskomunikasi, terutama ketika istilah atau ungkapan yang akrab bagi generasi lebih tua terdengar asing bagi karyawan muda. Minimnya interaksi lintas generasi turut memperbesar jarak ini. Data LinkedIn menunjukkan satu dari lima Gen Z belum pernah berbicara dengan rekan kerja berusia di atas 50 tahun dalam setahun terakhir.

Perspektif Baru soal Keselamatan Kerja

Artikel Safety in the Workplace: Managing the Expectations of Millennials and Gen Z karya Stephen Daigneault menegaskan bahwa generasi muda memandang keselamatan tidak hanya dari aspek fisik, tetapi juga keamanan psikologis. Mereka ingin bebas mengemukakan pendapat tanpa takut hukuman atau ejekan.

Perusahaan yang progresif mulai memanfaatkan teknologi seperti perangkat wearable, aplikasi keselamatan berbasis data, dan pelatihan berbasis augmented reality atau realitas tertambah untuk meningkatkan keamanan. Pendekatan berbasis data ini sejalan dengan preferensi generasi muda terhadap solusi digital.

Milenial dan Gen Z juga menuntut kepemimpinan yang terlibat langsung, fleksibel, dan memberikan ruang partisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam kebijakan keselamatan.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement