"Organisasi kami lebih banyak fokus pada bidang budaya dan saat ini tengah memperjuangkan agar ulos dapat diakui sebagai WBTb oleh UNESCO. Bagi masyarakat Batak, ulos tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga nilai sakral dan historis penting yang ada di dalamnya," ucapnya.
Di hadapan Menbud Fadli, organisasi ini juga mengusulkan pentingnya pendirian Museum Batak sebagai pusat representatif bagi pelestarian budaya Batak. Museum ini diharapkan dapat menghadirkan narasi budaya yang otentik dan akurat, serta menjadi pusat dokumentasi, edukasi, dan pelestarian budaya.
Kehadiran museum ini diyakini akan memperkuat identitas lokal masyarakat Batak sekaligus mendukung pengembangan pariwisata di Kawasan Danau Toba, dengan dampak positif yang bersifat sosial, budaya, dan ekonomi.
Sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap pemajuan budaya Batak, Sintong M Tampubolon menyampaikan Batak Center saat ini tengah mempersiapkan penyelenggaraan Ulos Fest kedua dengan tema Ulos: Connection and Connectivity.
Festival ini dirancang tidak hanya sebagai perayaan warisan budaya masa lalu, tetapi juga sebagai jembatan untuk menyambungkan nilai-nilai tradisi dengan masa depan.