PERTUMBUHAN industri kecantikan yang semakin pesat tidak hanya memunculkan tren baru, tetapi juga memunculkan tantangan dalam hal edukasi publik. Menurut dr. Oky, seorang dokter yang juga aktif sebagai beauty influencer, tren kecantikan seharusnya tidak membuat orang kehilangan jati diri, melainkan menjadi sarana untuk lebih menghargai diri sendiri.
“Pada dasarnya saya adalah dokter yang bergerak di bidang kecantikan, jadi mau tidak mau saya harus mengikuti semua perkembangan dan inovasi di bidang ini,” ujar dr. Oky kepada Okezone, ditulis Kamis (31/7/2025).
“Ini juga passion saya. Saya bahkan menempuh pendidikan hingga jenjang S2 di bidang anti-aging,” imbuhnya.
dr. Oky menekankan bahwa tren digital dalam dunia kecantikan adalah pilihan pribadi. Ia tidak menolak adanya tren mempercantik diri lewat digital, seperti penggunaan filter wajah di media sosial, namun menurutnya, tidak ada salahnya mengapresiasi diri sendiri apa adanya.

Merawat diri tidak harus selalu dengan biaya tinggi, kesadaran akan kebersihan dan perawatan dasar sudah menjadi bentuk penghargaan terhadap diri. Bagi dr. Oky, kulit yang sehat jauh lebih penting daripada sekadar memiliki kulit putih.
Menanggapi banyaknya tren skincare viral di media sosial, dr. Oky mengingatkan pentingnya bersikap selektif dalam memilih produk. Menurutnya, risiko paling besar justru datang dari produk yang tidak memiliki izin edar resmi.
Ia menekankan bahwa konsumen sebaiknya memprioritaskan produk yang telah terdaftar di BPOM dan berasal dari brand dengan track record yang jelas. Klaim yang terlalu berlebihan, seperti janji memutihkan kulit secara instan, dinilai tidak masuk akal secara medis dan patut diwaspadai.
Selain itu, dr. Oky mendorong masyarakat untuk menjadi konsumen yang cerdas dengan memanfaatkan akses informasi yang kini tersedia secara luas. Menilai reputasi dan klaim sebuah produk melalui sumber terpercaya dianggapnya sebagai langkah penting agar tidak mudah tertipu hanya karena mengikuti tren.
Kesalahan umum lainnya menurut dr. Oky adalah mengabaikan penggunaan tabir surya, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Ia juga menekankan bahwa skincare tidak memandang gender. “Skincare itu kebutuhan semua orang, bukan hanya perempuan. Setidaknya, gunakan tabir surya dan sabun muka,” katanya.
Selain itu, masih banyak orang yang menganggap penggunaan skincare dapat menyebabkan ketergantungan. dr. Oky menegaskan bahwa kulit merupakan organ hidup yang membutuhkan perawatan rutin agar tetap sehat. Menghentikan penggunaan skincare secara tiba-tiba justru bisa membuat kondisi kulit menurun, bukan karena ketergantungan, melainkan karena tidak lagi mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)