Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menbud Fadli Zon Buka Pameran dan Simposium Verleden-Heden di Sekolah Indonesia Den Haag

Rizqa Leony Putri , Jurnalis-Sabtu, 14 Juni 2025 |21:10 WIB
Menbud Fadli Zon Buka Pameran dan Simposium Verleden-Heden di Sekolah Indonesia Den Haag
Menteri Kebudayaan Fadli Zon membuka pameran dan simposium bertajuk Verleden–Heden di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH). (Foto: dok Kemenbud)
A
A
A

WASSENAAR - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon secara resmi membuka pameran dan simposium bertajuk Verleden–Heden: Past–Present, Art Schools in Indonesia di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH), Wassenaar, Belanda. Kegiatan ini merupakan bagian dari promosi kebudayaan Indonesia, didukung oleh Kementerian Kebudayaan dalam memperkuat diplomasi budaya dan kerja sama pendidikan seni.

Pameran Verleden–Heden yang dikurasi oleh Aminuddin T.H. Siregar ini menyoroti sejarah dan peran penting sekolah-sekolah seni di Indonesia dalam membentuk identitas budaya pascakolonial Indonesia. Pameran tersebut menghadirkan arsip, karya seni, dokumentasi, dan narasi sejarah dari institusi seni terkemuka seperti Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dan Institut Seni Indonesia Bali.

Sejumlah karya yang ditampilkan berasal dari para tokoh pendiri institusi seni Indonesia, seperti R.J. Katamsi, pelukis dan salah satu tokoh utama pendiri ISI Yogyakarta, serta Simon Admiraal, sosok penting di balik lahirnya pendidikan seni rupa modern di ITB.

Menurut Fadli Zon, pameran ini layaknya sebuah percakapan, atau ruang dialog antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, terutama dalam menelusuri sejarah pendidikan seni di Indonesia.

"Melalui jejak para tokoh dan institusi seni yang ditampilkan, kita dapat merefleksikan bagaimana seni telah menjadi bagian integral dari pembentukan identitas bangsa, sekaligus menjembatani hubungan antarbudaya," katanya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement