Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tren Bully di Kalangan Perempuan, Psikolog Soroti Rasa Iri Dengki

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Sabtu, 14 Juni 2025 |15:54 WIB
Tren Bully di Kalangan Perempuan, Psikolog Soroti Rasa Iri Dengki
Tren Bully di Kalangan Perempuan, Psikolog Soroti Rasa Iri Dengki (Foto: Okezone)
A
A
A

PEREMPUAN kerap menjadi objek perundungan atau bully baik di media sosial maupun kehidupan nyata. Ejekan yang diterima perempuan baik soal penampilan maupun pendidikan akan berpengaruh pada kondisi mentalnya.

Lantas mengapa masih ada tren bully di kalangan perempuan yang bahkan dilakukan oleh sesama perempuan? Apakah women support women hanyalah sebuah jargon?

Psikolog Indah Sundari Jayanti mengungkap kalimat women support women harus dipahami maknanya. Sebab, sebagai manusia yang memiliki ego, agaknya implementasi women support women masih sulit dilakukan. 

"Kalau dibilang susah si susah ya karena kan egonya kita sebagai manusia ya, kita ada masalah nih, kita lagi down melihat orang bahagia kan pasti ada rasa iri dengki why not me," kata Indah dalam podcast Herspective yang tayang di Youtube Okezone, dikutip Sabtu (14/6/2025).

Hal ini yang menjadi pemicu sesama perempuan melakukan komentar negatif. Menilai negatif seseorang, menekan mentalnya dengan hate comment.

"Itu akhirnya jadi dibalik layar aku mencoba menjatuhkan dia biar aku bisa melihat dia enggak sebahagia yang kita lihat gitu," papar Indah. 

 

Indah menyebut fenomena ketikan julid netizen sebagai proses pelampiasan emosi. Dalam istilah psikologi, kata Indah, disebut sebagai katarsis.

Katarsis adalah proses pelepasan atau pelampiasan emosi, terutama emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, atau ketakutan, dari dalam diri seseorang.

"Jadi sosial media adalah proses katarsis yang paling mudah yang bisa kita lakukan dan paling terjangkau, paling gampang kita tinggal ambil handphone dan ketik," kata Indah 

Menurutnya, netizen-netizen julid di media sosial memiliki masalah dalam kehidupan yang sebenarnya. Mereka menjadikan sosial media sebagai tempat untuk meluapkan emosinya.

"Jadi orang yang melampiaskan emosi negatif di sosial media di real life-nya ada hal yang juga sedang membebani mereka entah mereka stress atau ada masalah," ucapnya. 

Komentar negatif terutama mengenai fisik seseorang tentu bisa memicu gangguan mental. Di kalangan pesohor, komentar julid netizen bahkan bisa menjadi trigger untuk menjalani operasi plastik. Tujuannya tentu agar fisiknya semakin sempurna dan luput dari cacian netizen.

Saksikan podcast lengkap Herspective bersama Psikolog Indah Sundari Jayanti yang membahas mengenai "Kenapa Gaya Perempuan Selalu Jadi Urusan Netizen?"

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement