Menariknya, manfaat positif tersebut hanya ditemukan pada kopi berkafein. Para peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara penuaan sehat dengan konsumsi teh, kopi tanpa kafein, maupun minuman ringan non-kafein. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kandungan zat bioaktif yang terdapat dalam masing-masing jenis minuman.
“Kami menemukan bahwa asupan kopi berkafein secara moderat di usia paruh baya memiliki kaitan positif terhadap kualitas penuaan. Ini tidak hanya soal bertahan hidup lebih lama, tapi juga hidup sehat tanpa penyakit kronis, gangguan kognitif, atau penurunan fungsi fisik,” papar Peneliti Utama Harvard T.H. Chan School of Public Health, dr. Sara Mahdavi, dilansir dari medicalnewstoday, Sabtu (14/6/2025).
Meski temuan ini menjanjikan, para ahli mengingatkan bahwa manfaat kopi tidak berlaku untuk semua orang. dr. Mahdavi menjelaskan bahwa metabolisme kafein dapat berbeda-beda tergantung pada faktor genetik dan hormonal. Misalnya, perempuan dengan variasi gen tertentu mungkin lebih lambat dalam memproses kafein, sehingga lebih rentan terhadap efek samping jika mengonsumsi kopi dalam jumlah tinggi.
Selain itu, faktor-faktor lain seperti penggunaan pemanis, krimer, serta perubahan pola konsumsi kafein selama hidup juga belum sepenuhnya diperhitungkan dalam penelitian ini. Karena mayoritas peserta adalah wanita kulit putih, dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui apakah hasil serupa berlaku untuk kelompok etnis dan usia yang berbeda.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)