PASIEN gagal ginjal terutama yang menjalani cuci darah tidak boleh makan pisang. Meski pisang mengandung berbagai jenis vitamin seperti C dan B6, buah ini tidak dianjurkan bagi pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang sedang menjalani cuci darah.
Dokter Spesialis Gizi dr. Kurnia Agustina Sitompul Sp.GK, M.Gizi menjelaskan alasan pisang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien gagal ginjal. Penyebab utamanya adalah kandungan kalium yang tinggi dalam pisang.
"Kandungan kalium yang tinggi dalam pisang dapat memperburuk kondisi gagal ginjal kronis, lebih hati-hati lagi ya," tulis dr. Kurnia Agustina melalui akun Instagramnya, dikutip Minggu (25/5/2025).
dr. Kurnia menjelaskan, pasien gagal ginjal sebaiknya jangan makan pisang. Terutama pada pengidap gagal ginjal kronik yang membutuhkan cuci darah.

"Kandungan kalium yang cukup tinggi pada pisang akan mengganggu keseimbangan elektrolit pada kondisi cuci darah rutin, faktanya kalium berlebih bisa memicu gangguan pompa jantung bahkan mengancam jiwa," paparnya.
Dia menyarankan bagi pasien gagal ginjal yang rutin cuci darah untuk membatasi konsumsi pisang. Sementara bagi pasien gagal ginjal tanpa cuci darah, dr. Kurnia memberi saran agar konsultasi ke dokter sebelum mengkonsumsi pisang.
"Untuk gagal ginjal tanpa cuci darah silakan konsultasikan ke dokter dulu ya," ucapnya.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensinya mencapai 0,38%. Data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2022 mencatat 63.498 pasien baru menjalani cuci darah (dialisis), dengan total pasien dialisis mencapai 158.929 orang.

Penyebab utama gagal ginjal adalah hipertensi dan diabetes, dua penyakit yang kerap tidak disadari hingga merusak ginjal secara perlahan. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa berujung pada gagal ginjal yang membutuhkan terapi pengganti seperti cuci darah atau transplantasi.
Sudah menjadi rahasia umum jika biaya terapi tersebut membutuhkan biaya sangat besar! Dan ini dibuktikan dengan biaya pengobatan gagal ginjal di Indonesia yang terus meningkat drastis. Menurut data BPJS Kesehatan, pada tahun 2021 saja, biaya pengobatan gagal ginjal mencapai Rp6,5 triliun untuk 6,3 juta layanan pasien, meningkat hampir 190% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain mengancam kesehatan, PGK juga memberikan dampak besar pada ekonomi keluarga dan negara.
Agar angka kejadian PGK tidak terus meningkat, berbagai pihak menekankan pentingnya deteksi dini dan kebijakan kesehatan yang lebih proaktif.
Solusi yang bisa dilakukan:
- Skrining ginjal sebagai pemeriksaan rutin di puskesmas dan klinik, terutama bagi orang dengan faktor risiko seperti diabetes dan hipertensi.
- Pelatihan tenaga medis di layanan primer agar lebih cepat mengenali risiko PGK.
- Edukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan ginjal, termasuk lewat media sosial dan komunitas.
- Mempermudah akses pemeriksaan ginjal di daerah terpencil.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)