Program ini mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk pengamat militer dan lembaga HAM.
Mereka berpendapat bahwa pendekatan militer tidak selalu cocok untuk menangani masalah psikososial anak-anak dan remaja, dan dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak diterapkan dengan hati-hati.
Dedi Mulyadi berencana memperluas program ini ke warga dewasa yang dianggap bermasalah, seperti yang terlibat dalam aktivitas negatif di masyarakat.
Langkah ini menunjukkan keyakinannya bahwa pendekatan militer dapat diterapkan lebih luas untuk pembinaan karakter.
Sebagai bagian dari pembinaan, peserta program diberikan tugas khusus, seperti menjadi petugas pengibar bendera pada upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan tanggung jawab pada diri mereka.
(Qur'anul Hidayat)