Kisah ini menjadi pengingat penting bahwa profesi dokter tidak selalu identik dengan kemewahan. Banyak tenaga medis di berbagai daerah yang bekerja dengan penuh dedikasi meskipun dalam keterbatasan. Kesederhanaan bukanlah kelemahan, melainkan cerminan dari ketulusan pengabdian kepada masyarakat.
Dalam dunia medis, integritas dan empati menjadi dua nilai utama. Seorang dokter dituntut tidak hanya memiliki kompetensi klinis, tetapi juga hati yang kuat untuk melayani. Sosok dokter dari Aceh ini menjadi contoh nyata bahwa panggilan untuk menyembuhkan dan melayani tidak selalu datang dengan fasilitas yang lengkap, tetapi dengan semangat yang besar.
Kisah ini diharapkan dapat membuka mata publik untuk lebih menghargai perjuangan para tenaga kesehatan, terutama mereka yang bekerja di wilayah terpencil atau berasal dari latar belakang yang sederhana.
(Qur'anul Hidayat)