Mendaki gunung menjadi salah satu wisata yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain berfungsi untuk rekreasi, melakukan pendakian dapat meningkatkan kualitas fisik maupun mental seseorang.
Meski begitu, ada beberapa kondisi kesehatan yang kerap timbul akibat adanya perbedaan karakteristik lingkungan pada ketinggian saat mendaki gunung. Salah satunya yakni Acute Mountain Sickness (AMS). Kondisi apa itu? Berikut ulasannya, terkait pengertian, gejala, penyebab hingga pengobatan, melansir dari berbagai sumber, Selasa (11/3/2025).
Acute Mountain Sickness (AMS) merupakan kondisi yang terjadi akibat adanya reaksi tubuh terhadap berkurangnya kadar oksigen di lingkungan, yang kemudian berpengaruh terhadap sistem saraf pusat sehingga menimbulkan keluhan.
Penyakit ketinggian ini adalah kumpulan gejala yang muncul ketika seseorang mendaki terlalu cepat menuju ketinggian tertentu. Beberapa gejalanya adalah sulit tidur, sesak napas, dan sakit kepala.
Pada ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl), tekanan udara mulai menurun dan oksigen makin menipis. Kondisi ini menyebabkan seseorang yang berada pada ketinggian tersebut harus memberikan waktu bagi tubuhnya untuk beradaptasi.
Acute Mountain Sickness terjadi ketika seseorang berada di ketinggian lebih dari 3.000 mdpl. Pada ketinggian tersebut, tekanan udara makin menurun dan kadar oksigen makin berkurang. Bagi orang yang tidak terbiasa berada di ketinggian, tubuhnya perlu waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Gejala Acute Mountain Sickness biasanya muncul ketika seseorang berada di ketinggian lebih dari 3.000 mdpl. Gejalanya bisa muncul bertahap atau tiba-tiba dengan tingkat keparahan ringan hingga berat, tergantung pada kecepatan seseorang saat mendaki dan ketinggian yang dicapai.
Beberapa gejala yang umum terjadi akibat altitude sickness adalah:
* Sulit tidur
* Kelelahan
* Mual dan muntah
* Sakit kepala
* Jantung berdebar
* Sesak napas
Gejala Acute Mountain Sickness biasanya akan mereda setelah turun di ketinggian 300–600 meter lebih rendah daripada ketinggian sebelumnya. Pada sebagian besar kasus, gejala akan hilang sepenuhnya dalam 3 hari.
Pada Acute Mountain Sickness parah atau jika terjadi HACE atau HAPE, terutama pada ketinggian lebih dari 1.500 mdpl, penderita harus turun ke ketinggian di bawah 1.200 mdpl dan mendapat pertolongan medis.
Salah satu penanganan yang akan dilakukan oleh dokter untuk mengatasi altitude sickness adalah memberikan obat-obatan, seperti:
* Acetolazamide, untuk meredakan gejala sesak napas
* Dexamethasone, untuk mengurangi pembengkakan di otak
* Nifedipine, untuk meredakan nyeri dada dan sesak napas
* Penghambat fosfodiesterase, untuk meningkatkan aliran darah ke paru-paru.
(Qur'anul Hidayat)