Ia menjelaskan bahwa panggilan "Gus" merupakan sebuah penghormatan yang diberikan oleh masyarakat, khususnya Jawa Timur, kepada orang yang kebetulan dilahirkan dari para ulama yang memiliki karya, atsar, atau legacy (peninggalan) dalam hidupnya.
“Artinya, ‘Gus’ itu sama sekali bukan penghormatan kepada dirinya. Tapi ini adalah menghargai jasa-jasa orangtuanya,” ujar Gus Kautsar.
Ia sepakat jika ada orang yang membangun karya dan perjuangannya sendiri dengan tidak mengandalkan nasab orangtua untuk dipanggil dengan ‘Kiai’, bukan ‘Gus’. Karena menurut dia ‘Gus’ itu tidak punya karya.
"Kami ini terhormat karena karya orang tua kami. Karena kebaikan, karena kualitas yang dimiliki oleh orang tua kami. Kakek nenek kami,” ungkap Gus Kautsar.
Ia pun merasa heran kepada orang yang bangga sekali jika dipanggil ‘Gus’. Padahal jika yang bersangkutan mau memahami bahwa ia dipanggil ‘Gus’ sama sekali bukan karena kehebatannya.