Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menguak Kisah Sukses Henny Christiningsih, Pemilik Rolupat yang Bawa UMKM Lokal Tembus Pasar Internasional

Tuty Ocktaviany , Jurnalis-Sabtu, 30 November 2024 |17:58 WIB
Menguak Kisah Sukses Henny Christiningsih, Pemilik Rolupat yang Bawa UMKM Lokal Tembus Pasar Internasional
Menguak kisah sukses Henny Christiningsih, pemilik Rolupat yang bawa UMKM lokal tembus pasar internasional berkat BRI. (Foto: Tuty Ocktaviany/Okezone.com)
A
A
A

Henny juga menyiapkan tempat untuk memajang karya mereka di Rolupat. “Karya pengrajin UMKM saya bawa ke pameran internasional seperti Turki, Insyaallah ke Jepang. Semua berjalan dengan kemandirian,” katanya.

Henny yang lahir dari keluarga pembatik, terketuk hatinya ingin ikut melestarikannya. Namun, dia mengembangkannya di Jakarta. Dia pun membeli batik secara putus ke pengrajin atau UMKM dan memajangnya di Rolupat.

“Kebanyakan saya kurasi yang bagus. Sekarang mungkin 50 lebih UMKM yang ada di kita. Itu mencakup seluruh wilayah di Indonesia,” katanya. 
Upaya yang dilakukan Henny itu untuk membantu UMKM agar bisa menjalankan roda perekonomian dengan lancar. “Jika ada produk tidak punya nilai jual, tidak laku, maka akan stagnan. Sehingga itu akan berpengaruh. Untuk itu, saya beli putus produk mereka,” katanya.

Kontribusi Henny tidak sebatas beli putus, sehingga membantu perekonomian para UMKM. Namun, Henny juga tidak putus semangat memberikan masukan kepada mereka terkait selera pasar internasional.

“Dengan ide-ide dari mereka, kita kasih sentuhan yang menyesuaikan dengan selera pasar internasional. Itu setelah mengikuti pameran, misalnya dari Korea, Hong Kong, Turki. Sehingga produk mereka tidak melulu yang seperti itu, tetapi disesuaikan dengan minat pembeli. Kita senang juga jika UMKM berkembang,” katanya.

UMKM yang digandeng oleh Rolupat, kata Henny, saat ini sudah luas tidak hanya dari kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Tetapi juga menyasar ke Jawa, ada Pekalongan. Lalu Madura dan Pamekasan.

“Terus menyasar ke kuliner, lebih ke kopi-kopi. Itu ada di Papua. Kita ada punya kerja sama dengan UMKM petani kopi di Papua. Kita beli putus juga,” katanya.

Menurut Henny, sebanyak 50 UMKM yang digandeng, 60 persennya lebih ke fashion. Ini tantangan di kawasan Rawamangun, karena jumlah pegiat batik sedikit dan lebih banyak kuliner. Pasalnya, Jakarta tidak boleh ada limbah batik. 

“Banyaknya dikembangkan ke eco print dan batik Betawi. Fashion batik lebih dominan Pekalongan, Jawa Tengah dan Madura, Pasuruan. Ciri khas batik Betawi, ada motif ondel-ondel, ada pagarnya Betawi. Tidak hanya becak, tanjidor. Sekarang dimasukkan burung, tanaman-tanaman. Saya pikir lebih berkembang ke arah sana. Tren sekarang warna-warnanya lebih keluar. Sekarang modelnya cap sama lorot, hampir konsep warnanya biru, pink. Pesisir lah,” katanya. 

Kisah sukses Henny Christiningsih pemilik Rolupat. (Foto: Tuty Ocktaviany/Okezone.com)
Kisah sukses Henny Christiningsih pemilik Rolupat. (Foto: Tuty Ocktaviany)

Menurut Henny, pasar di luar negeri lebih suka warna-warna pesisir, Jawa Tengah. “Warna cokelat, Pekalongan, Semarangan,” ujarnya.

Henny mengatakan, kalau ikut pameran ke Eropa dan Turki, pembeli lebih suka warna klasik Jawa Tengah. Warna yang simpel. Mereka mencintai budaya batik tidak untuk dipotong. Buat syal, diikat, dililit. Tidak ingin merusak batik, tidak ingin dicutting.

“Sementara pasar Jepang dan Korea, suka warna-warna abstrak, 3D. Disebut 3D karena pembuatan pewarnaannya tiga kali. Untuk pasar Australia suka untuk hiasan meja, taplak,” katanya. 

Henny mengatakan, BRI banyak membantunya dan memberikan peluang. “Kalau BRI ada kegiatan atau ulang tahun, kita dilibatkan ikut pameran dan gratis. Saya ajak UMKM. Tapi kalau ikut pameran mandiri, saya yang membayar sendiri,” kata Henny. 

Terkait harga produk batik di Rolupat, apakah mahal? 

“Kalau boleh dibilang, relatif. Rolupat punya pasar sendiri, tidak bisa disamakan dengan lainnya. Rolupat tidak ada matinya untuk konsumennya,” kata Henny.

Selain itu, sambung Henny, kualitas batik di Rolupat juga berbeda. Termasuk juga desain, tren model dan produksinya. 

“Kita punya konsumen sendiri. Kita tidak boleh membandingkan. Pasar kita selalu meningkat,” ucanya.

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement