Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Melihat Tradisi Ngadu Tanduk, Budaya Khas Masyarakat Kerinci Sambut Panen Melimpah

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Jum'at, 15 November 2024 |22:06 WIB
Melihat Tradisi Ngadu Tanduk, Budaya Khas Masyarakat Kerinci Sambut Panen Melimpah
Tradisi Ngadu Tanduk. (Foto: Ist/Okezone)
A
A
A

NGADU Tanduk adalah warisan budaya yang telah berlangsung secara turun-temurun di Kerinci. Ngadu Tanduk menghidupkan kembali suasana perayaan panen raya di desa yang kini hadir dalam wujud seni pertunjukan. Ngadu Tanduk ditampilkan dalam Festival Kanuhi Arah Mandungin Dusun tahun ini menampilkan berbagai kekayaan tradisi budaya. Sajian itu jadi wisata budaya yang sayang untuk dilewatkan.

Selama pertunjukan, dua pemain bergerak lincah dengan tanduk di atas bahu mereka, mengikuti irama Dap (rebana khas Kerinci) dan gung, serta alunan nyanyian nyaro yang mengiringi setiap gerakan.

Penonton menikmati setiap adegan saat pemain mengayunkan tanduk bak kerbau yang mencari lawan, dengan gerakan tarian yang semakin cepat seiring dengan tempo musik. Tukang nyaro atau vokalis sesekali memberikan pujian atau peringatan agar pemain menjaga keindahan gerakan, seolah menggambarkan permainan di tengah gelanggang yang ramai.

“Ketika pertunjukan berlangsung, para pemain tanpa sadar terserap dalam energi permainan yang memuncak, seolah mereka kembali ke zaman dahulu, saat permainan ini mengalir bersama semangat gotong-royong usai panen,” ucap Depati Mangku Bumi Kulit Putih Sibo Dirajo dari Siulak Panjang, Hafiful Hadi Sunliensyar, dikutip Jumat (15/11/2024).

Hafiful menyebut bahwa permainan ini memiliki filosofi mendalam. Di masa lalu, ia menguraikan, tradisi ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga ajang untuk meneguhkan persaudaraan antarkelompok pemuda dalam satu kampung.

"Nilai gotong-royong, rasa syukur, dan kebersamaan adalah roh dari Ngadu Tanduk ini,” sambungnya.

Ngadu Tanduk

Ia menambahkan bahwa meski kini dimainkan tanpa properti pisau seperti pada masa lalu, Ngadu Tanduk tetap membawa daya tarik bagi pengunjung dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat.

Sementara itu, Kurator Azhar MJ menyatakan bahwa adaptasi ini adalah langkah penting dalam mengenalkan tradisi leluhur kepada masyarakat luas, terutama generasi muda, untuk melestarikan dan menjaga kekayaan budaya ini.

“Dulu, tradisi ini diadakan sebagai bentuk syukur atas hasil panen yang berlimpah dan penghormatan kepada entitas spiritual. Sekarang, kami sajikan di festival ini agar masyarakat, khususnya generasi muda, lebih memahami dan menghargai nilai-nilai budaya nenek moyang,” ujar Azhar.

Dia menekankan bahwa penyajian Ngadu Tanduk dalam festival menjadi cara efektif untuk menjaga relevansi tradisi ini di era modern tanpa mengurangi nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Ngadu Tanduk pada awalnya merupakan permainan pascapanen di mana dua pemuda dari kelompok berbeda saling menunjukkan kekuatan dan ketangkasan mereka dengan menggunakan "tanduk" yang terbuat dari bambu sepanjang dua meter, dibungkus kain hitam, merah, putih, dan kuning, dan dihiasi rumbai serta lonceng kecil.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement