Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Gadis Hamil Muda Meninggal Akibat Penangangan Buruk Tiga Rumah Sakit, Picu Protes Keras

Fatin Wardahni Nazihah , Jurnalis-Rabu, 06 November 2024 |07:02 WIB
Gadis Hamil Muda Meninggal Akibat Penangangan Buruk Tiga Rumah Sakit, Picu Protes Keras
Nevaeh Crain. (Foto: Propublica/CNN)
A
A
A

NEVAEH Crain, remaja 18 tahun yang sedang hamil meninggal setelah mendapatkan kurang memadai di ruang gawat darurat rumah sakit di Texas. Ia pertama kali mengunjungi rumah sakit dengan keluhan sakit perut dan demam tinggi, namun hanya didiagnosis radang tenggorokan. Ketika kembali dengan kondisi yang lebih parah, ia didiagnosis sepsis dan infeksi saluran kemih tetapi tetap hanya diberi antibiotik dan dipulangkan.

Melansir dari CNN Health pada Selasa (5/11/2024). Candace Fails berteriak meminta pertolongan di sebuah rumah sakit Texas pada 29 Oktober 2023. Dia memohon dokter untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan putrinya yang berusia 18 tahun, Nevaeh Crain, yang sedang hamil enam bulan. Nevaeh berada dalam kondisi kritis dan terlalu lemah untuk berjalan. Pahanya berlumuran darah dengan demam tinggi dan muntah-muntah sejak sehari sebelumnya.

Pada kunjungan ketiga, Crain sudah dalam kondisi kritis. Setelah dua kali USG memastikan bahwa janinnya meninggal, dokter baru melakukan tindakan lanjut. Namun, Crain kehilangan tekanan darah dan meninggal beberapa jam kemudian. Tragedi ini memicu kritik luas tentang kebijakan aborsi di Texas yang dinilai menghambat perawatan darurat untuk perempuan hamil.

Di Texas, dokter terancam hukuman berat jika melakukan tindakan yang berisiko mengakhiri kehamilan, bahkan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Kebijakan ini menimbulkan dilema besar bagi tenaga medis yang khawatir dengan konsekuensi hukum. Mereka dipaksa memilih antara melindungi pasien atau mematuhi aturan yang ketat.

Profesor Sara Rosenbaum dari Universitas George Washington menyebut undang-undang ini menempatkan perempuan hamil pada posisi yang berbahaya. Meskipun undang-undang federal mewajibkan rumah sakit menstabilkan pasien dalam keadaan darurat, aturan negara bagian memperketat pelarangan aborsi hingga nyawa perempuan seperti Crain terancam.
Ibu Crain, Candace Fails, merasa rumah sakit lebih fokus pada keselamatan janin daripada anaknya. Meskipun keluarganya menentang aborsi, Candace menegaskan bahwa mereka ingin prioritas diberikan pada keselamatan Crain. Ia merasa sistem kesehatan Texas terlalu kaku dalam menerapkan aturan, sehingga mengorbankan nyawa putrinya.

Para ahli medis menyatakan bahwa sepsis adalah kondisi serius yang memerlukan perawatan intensif segera. Pada kunjungan kedua Crain ke rumah sakit, seharusnya ia mendapat penanganan lebih intensif. Akan tetapi, kekhawatiran akan pelanggaran hukum membuat dokter menunggu hingga ada kepastian lebih lanjut mengenai kondisi janin.

Prosedur dua kali USG untuk memastikan kematian janin dinilai sebagai penyia-nyiaan waktu oleh ahli medis. Menurut Dr. Dara Kass, kasus ini adalah bukti nyata bahwa pembatasan aborsi berisiko besar bagi perempuan hamil dalam kondisi darurat. Langkah penundaan semacam ini akhirnya mengorbankan keselamatan Crain.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement