FAKTA Menarik Lawang Sewu, salah satu ikon bersejarah yang terletak di pusat Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini tak hanya dikenal dengan arsitekturnya yang megah, namun juga sejarah dan nuansa mistis di dalamnya.
Di balik kemegahannya, Lawang Sewu menyimpan cerita sejarah Indonesia dari era Belanda hingga masa pascakemerdekaan Indonesia. Untuk memahami sejarah gedung ini, Okezone akan mengulasnya untuk Anda.
Dalam bahasa Jawa, Lawang Sewu berarti ‘seribu pintu’. Nama itu disematkan pada bangunan ini karena ia memiliki 928 pintu dan jendela. Walau tidak mencapai seribu, namun nama itu mencerminkan banyaknya akses dalam gedung ini. Lawang Sewu memang memiliki banyak pintu dan jendela raksasa yang membuat bangunan ini terkesan luas dan terbuka.
Lawang Sewu dibangun pada 1904 dengan gaya arsitektur Hindia Baru karya Cosman Citroen. Gaya arsitektur itu menggabungkan elemen tradisional (klasisisme) dengan teknologi modern. Sehingga bangunan ini menjadi transisi antara desain tradisionalis dan modernis.
Setelah selesai dibangun, gedung ini kemudian digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api bernama Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Perusahaan itu memegang peranan penting dalam pengembangan infrastruktur transportasi di Indonesia pada masanya.
Keberadaan NIS pada Lawang Sewu diperkuat dengan sebuah lokomotif yang dipasangkan di halaman depan bangunan. Berbagai koleksi yang menggambarkan sejarah transportasi di Indonesia, termasuk alat komunikasi dan karcis kereta kuni, masih dipajang di museum Lawang Sewu.
Lawang Sewu terkenal dengan toiletnya yang mewah. Maklum saja, ubin pada kamar mandi bangunan ini didatangkan langsung dari pabrik Van den Berg di Belanda. Sementara urinoirnya diimpor langsung dari Inggris.
Tak hanya soal toilet, lukisan kaca patri di dalam Lawang Sewu juga turut menarik perhatian. Kaca patri itu merupakan karya Johannes Louresa Schouten, yang menggambarkan kemakmuran Pulau Jawa.
Selama pendudukan Jepang di Indonesia sepanjang tahun 1942 hingga 1945, Lawang Sewu berfungsi sebagai penjara yang sangat kejam. Ruang bawah tanahnya digunakan untuk penyiksaan dan eksekusi terhadap rakyat Indonesia. Keberadaan ruang bawah tanah tersebut menciptakan reputasi angker yang diyakini banyak orang menjadi tempat roh-roh korban penyiksaan terperangkap.