WISMA Tumapel menjadi salah satu bangunan bersejarah di Kota Malang, Jawa Timur yang memiliki sejuta misteri. Konon dahulu bangunan ini merupakan penginapan para pejabat tinggi Belanda di masanya.
Lokasi bangunan tidak jauh dari Balai Kota Malang, dan Bundaran Tugu Malang, atau tepatnya di Jalan Tumapel Nomor 1, Klojen, Kota Malang. Bangunan menang terlihat dibangun dengan desain arsitek Eropa modern yang cukup kental.
Lokasinya di persimpangan jalan antara Jalan Majapahit dan Jalan Tumapel membuat letaknya kian strategis saat ini. Tapi sayangnya memang sekian lama bangunan ini masih belum difungsikan secara maksimal oleh pengelolanya yakni Universitas Negeri Malang (UM).
Nuansa mistis dan tak terawat pun terlihat dari area luar bangunan dan jalan. Apalagi kesan kurang terawatnya kian membuat bangunan seram. Meski secara bangunan sebenarnya sudah banyak renovasi dan masih terlihat kokoh.
Saat menelusuri area dalam bangunan, nuansa etnik langsung menyambutnya. Bangunan ini terbagi menjadi tiga lantai, mulai lantai basement di bawah, bangunan lantai satu, dan lantai dua. Di lantai satu dan dua, tampak sejumlah ruangan - ruangan berukuran 6x10 meter.
Total terdapat setidaknya 96 ruangan, di mana di dalamnya ada yang terdapat kamar mandi dan tidak. Namun sayang seluruh ruangan itu masih terkunci, sebab di dalam ruangan memang terdapat beberapa peralatan milik Universitas Negeri Malang (UM) mulai dari AC, kursi, dan meja.
(Foto: Avirista Midaada/Okezone)
Struktur bangunan pun masih tampak asli sebagaimana desain awalnya. Hanya sayang lantai yang digunakan memang sudah berganti dari sebelumnya lantai teraso, peninggalan bangunan Belanda, menjadi lantai keramik yang diganti saat rekonstruksi pada 2015.
Tak hanya itu, ruangan basement Wisma Tumapel juga ditutup dengan tembok cor. Alhasil akses ke basement yang konon terdapat lorong bawah tanah, yang bisa tembus hingga ke kawasan SMA Tugu tak bisa diakses lagi.
Sejarawan Malang, Rakai Hino Galeswangi mengungkapkan, Wisma Tumapel dulunya bernama Splendid Inn, yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda di bouwplan 2 yang meliputi kawasan Balai Kota Malang, Bundaran Tugu, kawasan bangunan SMA Tugu yang digunakan sebagai pusat perkantoran di zaman Belanda.
"Jadi bouwplan dua ini di bangun kawasan Tugu dan Balai Kota Malang. Awalnya di situ tempatnya para petinggi, makanya kelurahannya dinamakan Tumenggungan. Ada salah satu suluk silir ada kata Tumenggungan, di situ namanya Tumenggung, yang artinya para petinggi," ungkap Rakai Hino.