PERAWATAN gigi, termasuk pencabutan dan pemasangan implan, merupakan salah satu prosedur medis yang semakin populer seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran gigi. Banyak pasien yang memilih tindakan ini untuk meningkatkan kesehatan mulut atau memperbaiki penampilan gigi.
Namun, prosedur tersebut tidak lepas dari risiko, terutama jika dilakukan dalam jumlah besar atau pada pasien dengan kondisi fisik tertentu. Tindakan medis seperti pencabutan banyak gigi sekaligus dan pemasangan implan sering kali menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak pada kesehatan pasien, terutama jika prosedur dilakukan secara ekstrem.
Pada beberapa kasus, rasa sakit yang berlebihan dan potensi komplikasi seperti infeksi menjadi masalah serius. Prosedur yang tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menyebabkan konsekuensi fatal, seperti yang baru-baru ini terjadi di Tiongkok.
Berdasarkan rangkuman dari OddityCentral, Rabu (11/9/3024) pihak berwenang di Tiongkok kini sedang menyelidiki kematian seorang pria tua yang meninggal 13 hari setelah menjalani prosedur pencabutan 23 gigi dan pemasangan 12 implan dalam satu hari di sebuah klinik gigi.
Kematian ini memicu kekhawatiran akan potensi risiko dari tindakan medis ekstrem yang dilakukan sekaligus. Ibu Shu, warga Kota Yongkang, Provinsi Zhejiang, mengajukan pengaduan resmi kepada Biro Kesehatan Kota terkait peristiwa tersebut. Dia menuduh klinik gigi lokal bertanggung jawab atas kematian mendadak ayahnya.
“Ayah saya menderita sakit luar biasa selama 13 hari terakhir sebelum akhirnya meninggal karena serangan jantung,” katanya.
Menurut laporan yang diterima pihak berwenang, ayahnya menjalani pencabutan 23 gigi dan pemasangan 12 implan dalam satu sesi. Proses yang intens ini diduga memicu komplikasi serius. Setelah operasi, pria tua tersebut dilaporkan mengalami rasa sakit hebat yang tak tertahankan.
Pada akhirnya, dia meninggal akibat serangan jantung pada 28 Agustus, tepat 13 hari setelah prosedur dilakukan. Kini, keluarga ingin mereka yang bertanggung jawab diadili. Dalam formulir persetujuan pasien, tertulis bahwa pria tersebut menyetujui pencabutan 23 giginya dan pengeboran 12 lubang di rahangnya untuk pemasangan implan.
Meskipun ini terdengar seperti tindakan medis yang ekstrem, klinik gigi yang menangani kasus tersebut mengklaim bahwa keputusan untuk melakukan pencabutan dan pemasangan implan dalam satu hari didasarkan pada konsultasi langsung dengan dokter yang menilai kondisi fisik pasien.
“Jumlah gigi yang dapat dicabut dalam satu sesi harus diputuskan oleh dokter berdasarkan kondisi fisik pasien,” ujar juru bicara klinik.
Prosedur ini dilakukan oleh dokter Yuan, seorang spesialis dalam perawatan saluran akar, pencabutan gigi bungsu, dan pemasangan gigi palsu lengkap. Meski demikian, beberapa ahli gigi merasa bahwa prosedur tersebut seharusnya dipertimbangkan lebih hati-hati mengingat risiko yang dapat muncul, terutama pada pasien usia lanjut.
"Semakin banyak gigi yang dicabut, semakin besar respons pasien terhadap rasa sakit dan semakin besar risiko infeksi pascaoperasi," kata Xiang Guolin, direktur Pusat Kedokteran Gigi di Rumah Sakit Keempat Wuhan.
Saat ini, investigasi masih berlangsung. Namun, perwakilan dari Biro Kesehatan Kota menyatakan bahwa membuktikan keterkaitan langsung antara prosedur dan kematian pria tersebut mungkin tidak mudah, mengingat jeda waktu 13 hari antara operasi dan kematian. Meski demikian, kasus ini tetap menjadi perhatian besar dalam dunia medis di Tiongkok, khususnya dalam praktik kedokteran gigi.
(Leonardus Selwyn)