“Jadi ketika kemudian ada salah satu program yang mengharuskan pemberian susu, lalu susu tidak tercukupi misalnya, harusnya programnya bisa diselaraskan dengan pangan local yang ada. Dengan pangan-pangan yang real food begitu ya,” katanya.
“Jadi tidak mesti harus dipaksakan membuat sesuatu yang menyerupai susu itu sendiri. Karena kalau disebutkan penngganti itu nggak tepat. Tapi kalau disebut sebagai oh dia salah satu minuman bergizi kok, untuk melengkapi makanan bergizi, itu boleh-boleh aja,” tuturnya.
(Leonardus Selwyn)