Polda Metro Jaya mengungkapkan penyebar video porno yang melibatkan anak musisi David Bayu, Audrey Davis, merupakan mantan kekasih Audrey berinisial AP (27). Sakit Hati menjadi alasan utama dalam memutuskan untuk menyebarkannya di media sosial.
Seperti diketahui, belakangan ini media sosial diramaikan dengan video syur yang memperlihatkan Audrey Davis sedang berhubungan intim. Putri David Bayu itu pun akhirnya mengakui bahwa dirinya merupakan pemeran wanita dalam video tersebut.
Tapi, Audrey mengaku tidak mengetahui bahwa hal tersebut direkam oleh sang mantan kekasih. Ia memastikan kepada pihak kepolisian bahwa mantan kekasih tidak meminta izin kepadanya saat ingin merekam.
Ternyata, kasus semacam ini sudah terjadi di berbagai negara dengan melibatkan mantan kekasih yang sakit hati akibat ditinggalkan. Cara ini biasa disebut "revenge porn", sebagai upaya dari seseorang untuk mempermalukan mantan kekasihnya.
Melansir Psychology Today, kemarahan publik meningkat terhadap situs-situs “revenge porn”, di mana orang-orang memposting gambar-gambar tersebut dalam upaya untuk mengintimidasi, mempermalukan, dan mengekspos mantan kekasih.
Dalam beberapa kasus, para perempuan tersebut mendekati operator situs media sosial untuk meminta agar foto mereka dihapus, dan kemudian mereka mengalami serangan yang mengerikan dan diperlakukan seperti seorang pekerja seks komersial.
Hal ini juga terjadi di Korps Marinir Amerika Serikat yang sedang menghadapi skandal, di mana anggota aktif dan pensiunan telah berbagi foto telanjang rekan Marinir perempuan di grup rahasia Facebook.
Sebuah berita melaporkan sebagai “skandal foto telanjang”. Sebagian besar foto-foto ini dibagikan di situs-situs tersebut tanpa izin. Ini bukan sekadar “foto telanjang”; ini adalah gambar porno balas dendam non-konsensual, meski awalnya tidak seperti itu.
Pria bisa bersikap etis dan bertanggung jawab serta berbagi foto seksi dengan pasangan. Namun mereka harus belajar menyimpannya untuk diri mereka sendiri kecuali mereka memiliki izin jelas dari seorang wanita untuk membagikannya.
"Skandal-skandal ini akan terus berlanjut sampai mengajarkan dan mendorong laki-laki dan perempuan untuk melakukan percakapan etis satu sama lain, dan dengan teman-teman mereka, tentang integritas seksual seputar gambar telanjang dan eksplisit," tulis Psycology Today.
Hal ini tidak bisa disalahkan begitu saja, namun harus dipahami dan ditangani sebagai masalah yang melibatkan integritas seksual, kesadaran diri, hubungan, dan IQ emosional. Seiring dengan meningkatnya kemampuan teknologi untuk terlibat dalam perilaku yang etikanya belum kita kembangkan secara memadai.
(Kemas Irawan Nurrachman)