Awalnya dibangun pada tahun 1907, bangunan fenomenal ini sebenarnya dibangun kembali setiap tahun selama festival satu hari yang disebut Crépissage (Plesteran). Orang-orang berkumpul untuk merekonstruksi tembok dengan lumpur, yang merupakan suatu prestasi yang luar biasa mengingat aula tersebut dapat menampung hingga 3.000 orang di dalamnya. Atap dan dindingnya ditopang oleh 90 kolom berkisi, yang juga membantu menjaga bangunan tetap sejuk bahkan di tengah teriknya musim panas.
(Foto: Gavin Hellier)
Berdiri pada tahun 250 SM, tempat ini menawarkan wawasan menarik mengenai perdagangan emas trans-Sahara.
Kota Timbuktu yang terdaftar di UNESCO juga tak kalah menariknya. Didirikan pada abad kelima, kota ini merupakan pos perdagangan utama dan pusat kebudayaan Islam, khususnya pada abad ke-15 dan ke-16.
(Foto: Instagram/@mali_food_culture)
Mali dikenal memiliki berbagai kuliner tradisional khas. Makanan tradisional tersebut di antaranya nasi jollof, maafe (semur kacang), dan tô yakni hidangan mirip bubur yang terbuat dari millet atau jagung.
Selain itu adapula nasi bercampur biji-bijian yang disajikan dengan tomat, ikan atau daging dengan sayuran. Sedangkan kuliner kari sering kali dibuat dengan menggunakan daging domba.
(Rizka Diputra)