Meski memiliki banyak manfaat, namun konotasi negatif daging kambing melekat di masyarakat. Setidaknya ada empat hal yang menjadi salah kaprah di Indonesia seperti disitat dari berbagai sumber.
Banyak yang percaya bahwa daging kambing dapat meningkatkan kadar kolesterol. Bagian yang dapat meningkatkan kadar kolesterol adalah jeroan, bukan daging merahnya.
Daging kambing sendiri sebenarnya memiliki kandungan kolesterol yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa jenis daging lainnya. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses memasak yang dinilai berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol.
Salah satunya penggunaan santan dalam proses memasak dapat secara signifikan menambah jumlah kolesterol dalam hidangan tersebut.
Ada anggapan bahwa ibu hamil sebaiknya menghindari daging kambing. Padahal, daging kambing mentah atau tidak matang sempurna merupakan daging yang harus dihindari oleh ibu hamil karena risiko kontaminasi bakteri.
Daging kambing yang dimasak dengan baik dan higienis sebenarnya aman dikonsumsi dan dapat menjadi sumber protein yang baik bagi ibu hamil.
Banyak orang mengeluhkan bau prengus yang tidak sedap saat mengolah daging kambing. Padahal, bau prengus sebenarnya lebih sering disebabkan oleh proses penyembelihan yang kurang tepat.
Kambing yang dipotong dalam kondisi stres cenderung menghasilkan daging dengan bau dan rasa yang tidak enak. Jika penyembelihan dilakukan dengan benar dan kebersihan daging terjaga, bau prengus dapat diminimalkan.
Mitos lainnya yakni daging kambing dapat meningkatkan gairah pria. Meskipun daging kambing mengandung zinc yang dapat meningkatkan produksi hormon testosteron, efek ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada libido.
Hingga kini, belum ada penelitian medis yang kuat menyatakan memakan daging kambing dapat meningkatkan gairah seksual secara langsung.