INDONESIA memiliki banyak suku yang tersebar di seluruh wilayahnya. Pada suku-suku tersebut memiliki tradisi dan budaya warisan leluhur yang masih dipertahankan hingga kini.
Salah satu suku yang memegang teguh tradisinya yaitu Suku Mbojo di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Suku Mbojo ialah kelompok etnis yang mendiami Pulau Sumbawa bagian Timur. Sebagai informasi, istilah ‘Mbojo’ digunakan untuk menyebut kata ‘Bima’.
Suku Mbojo sendiri memiliki tradisi unik yang tetap lestari di tengah arus modernisasi saat ini. Berikut Okezone rangkumkan lima tradisi unik Suku Mbojo di Bima, NTB yang mungkin belum pernah Anda dengar sebelumnya.
1. Tenun Tembe Nggoli
Tenun merupakan salah satu teknik pembuatan kain yang sangat mendarah daging bagi masyarakat Suku Mbojo. Keahlian menenun diturunkan secara turun-menurun kepada anak-anak Suku Mbojo, terutama anak perempuan.
Dari keahlian tersebut, terciptalah kain tenun sarung tradisional bernama Tembe Nggoli. Kain tersebut memiliki ciri khas warna yang cerah dan motif yang beragam.
(Foto: Instagram/@rimpu_bima)
2. Rimpu
Kain tenun sarung Tembe Nggoli biasanya digunakan oleh masyarakat Suku Mbojo dalam tradisi Rimpu. Tradisi tersebut konon sudah ada sejak zaman Kesultanan Bima, yang merupakan simbol pengaruh Islam.
Dalam tradisi ini, para wanita Suku Mbojo menggunakan dua lembar sarung, di mana satu sarung digunakan untuk bagian atas tubuh dan hanya menyisakan area wajah yang terbuka, sedangkan kain yang lain digunakan untuk bagian tubuh bawah. Sekilas pemakaian Tembe Nggoli dalam tradisi Rimpu mirip seperti penggunaan mukena.
3. Ampa Fare
Ampa Fare berasal dari kata Ampa yang berarti mengangkat dan Fare yang berarti padi. Jadi Ampa Fare adalah tradisi mengangkat padi atau menyimpan hasil panen ke lumbung atau Uma Lengge.
Masyarakat Suku Mbojo biasanya melakukan tradisi ini secara gotong royong. Tradisi yang sudah dilakukan sejak abad ke-8 ini memiliki makna doa dan ungkapan rasa syukur atas panen yang melimpah.