HIPERTENSI merupakan kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri meningkat. Penyakit ini juga dijuliki sebagai ‘silent killer karena sebagian besar pengidapnya tidak mengalami tanda-tanda atau gejala.
Di Indonesia sendiri, kasus hipertensi cukup tinggi. Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr Eka Hermeiwaty, Sp.N menjelaskan satu dari tiga orang dewasa mengalami hipertensi dan menurut riset kesehatan dasar yang dilakukan Kemenkes, sebanyak 34,1 persen penduduk Indonesia mengalami hipertensi.
“Dari 34,1 persen itu yang tau dia hipertensi hanya 8,8 persen. Ini cukup memprihatinkan,” ujar dr Eka dalam acara Beat Hipertension 2024, Jumat (27/5/2024).
Dokter Eka menambahkan hipertensi tidak lagi menjadi penyakit untuk lansia. Banyak juga usia di bawah 50 tahun mengidap hipertensi.
“Sekarang usia 35, 40, dan di bawah 30 hipertensi karena ada faktor risiko, kompliasinya juga, stroke, serangan jantung usia muda, usia mudah sudah gagal ginjal sudah cuci darah,” tuturnya.
Adapun faktor risiko dari penyakit hipertensi yang dibagi dalam dua bagian, dimodifikasi dan yang tidak bisa dimodifikasi. Dokter Eka mengatakan faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi contohnya usia, genetik dan penyakit bawaan.
“Semakin tua usianya, dulu usia 65 tahun berisiko menjadi hipertensi karena ada proses penuaan pembuluh darah. Kemudian genetik, ini besar sekali, kalau orang tua kita ada hipetensi kita ada faktor risiko jadi harus hati-hati. Lihat riwayat (kesehatan) di keluarga kita ada nggak yang hipertensi jadi bisa lakukan langkah prefentif,” tutur dr Eka.
“Ada juga faktor hipertensi yang nggak bisa dimodifikasi seperti penyakit diabetes bisa berisiko terkena hipertensi di kemudian hari. Atau pasien yang sudah ada gangguan ginjal sebelumnya, itu harus dikontrol,” katanya.
Sementara itu, untuk faktor risiko penyakit hipertensi yang bisa dimodifikasi seperti obesitas, merokok, alkohol, aktivitas fisik berkurang, dan makanan asin.
“Populasi Asia punya gen yang sensitif dengan garam. Jadi dibanding di Amerika kasus hipertensi di Asia lebih tinggi. Dan polusi dianggap faktior risiko baru penyebab kardiovaskular termasuk tekanan darah tinggi, yaitu partikel PM 2,5 dan suara bising. Kerja di pabrik terus-terusab bisa menyebabkan tekanan darah tinggi,” tuturnya.