MENGADU nasib di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), rupanya tidak mengubah perekonomian keluarga Aang Junaidy dan Fitri Nurjanah menjadi lebih baik. Kembali ke Indonesia, kini mereka sukses sebagai Agen BRILink.
Perjalanan hidup pasutri Aang Junaidy dan Fitri Nurjanah memang tidak mudah. Jauh sebelum menjadi Agen BRILink, mereka memilih jalan menjadi TKI di Malaysia.
“Dulu saya jadi TKI di Johor, Malaysia. Kerja di pabrik otomotif bagian operator mesin. Istri juga ikut dan bekerja di tempat yang sama, hanya beda bagian. Anak saya masih kecil dititipkan ke neneknya,” ucap Aang Junaidy kepada Okezone.com di kediamannya, Kampung Bahari 5 Nomor 6, RT 01/09, Tanjung Priok, Jakarta Utara, belum lama ini.

Aang Junaidy sukses menjadi Agen BRILink. (Foto: Tuty Ocktaviany)
Aang mengatakan, alasannya menjadi TKI karena ingin mengubah nasib. Ternyata, pendapatannya kecil. Tidak sesuai janji manis orang yang membawanya ke Malaysia.
“Itu perusahaan Korea, bikin ban mobil. UMR di sana sama Jakarta, waktu itu digaji sekitar Rp3 juta. Namun, saya dapat uang bersihnya Rp500 ribu. Banyak potongan karena buat sewa rumah, kirim ke kampung. Kami bertahan sampai lima tahun di Malaysia. Setelah capek, kami pulang ke Indonesia di 2010,” ucap pria asal Kuningan ini.
Impian ingin mendapatkan nasib baik di negeri orang pupus sudah. Aang dan sang istri, memilih untuk kembali ke Jakarta.
“Hikmahnya saat kembali ke Jakarta, saya harus kerja keras. Lebih baik kerja keras di sini daripada luar negeri. Akhirnya, saya di sini kerja terus,” ujarnya.
Setelah pulang ke Jakarta, Aang merintis usaha konter HP pada 2010. Lima tahun kerja di Malaysia, Aang mempunyai tabungan sebanyak Rp10 juta untuk modal awal membeli sejumlah HP baru.
“Waktu itu, prospek jualan HP bagus. Saya bisa menjual 15 unit setiap hari karena belum ada online. Saya jual apa saja laku,” katanya.
Seiring waktu berjalan, Aang pun tertarik menjadi Agen BRILink. Awal mulanya, dia berpikir untuk mencari penghasilan lain yang menghasilkan.
“Saya lihat justru melihat antrean di bank. Kenapa mau setor uang aja, kok harus antre. Saya ingin mengubah imej itu. Bagaimana orang itu bisa transaksi di tempat saya. Kan mudah saja sebenarnya,” ucapnya.
Sebelum resmi menjadi Agen BRILink, Aang pakai SMS banking selama tiga bulan. Ternyata, respons dari masyarakat sangat baik. “Awalnya dua orang yang transaksi, lalu makin banyak. Setiap transaksi bisa untung Rp5.000,” katanya.
Melihat ada potensi itu, Aang lalu ke BRI Kantor Cabang Tanjung Priok. “Saya ke Bank BRI dan menanyakan bagaimana bisa mentransaksikan orang di tempat saya. Apakah ada sistem kerja samanya. Ketika itu saya belum ngeh. Ternyata memang ada dan belum pada tahu,” katanya.
Aang bersyukur dipermudah menjadi Agen BRILink hingga kemudian mendapatkan mesin Electronic Data Capture (EDC).
“Jadi Agen BRILink waktu awal, harus ada usaha. Saya sudah punya usaha konter HP. Saya pun resmi menjadi Agen BRILink pada 2015,” katanya.
Ketika itu, Aang juga mengambil pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR). Awalnya pinjam Rp15 juta, lalu Rp25 juta dan dilanjutkan pinjaman Rp50 juta.
“Saya begitu sudah lunas KUR, ambil lagi secara bertahap. Harus meyakinkan mantri agar di-approve,” ucapnya.
“Saya jadi dapat tambahan modal dari KUR. Jadi, tidak dipakai untuk kepentingan yang lain,” ucapnya.
Setiap hari, Aang membuka usaha BRILink dari pukul 06.00–22.00 WIB. Dia mengikuti jadwal aktivitas di pasar, mengingat lokasi usahanya tidak jauh dari situ.
“Saldo kita ada terus. Rumah saya juga dekat tempat usaha. Nasabah suka ke rumah sekalipun malam, karena pasti urgent. Itu satu kelebihan karena posisi rumah dekat tempat usaha,” ucapnya.
Saat ini, usaha Agen BRILink Aang Cell bertumbuh pesat. Bahkan usaha utamanya jualan HP, pulsa dan aksesori kalah dengan transaksi BRILink.
“Sehari saya bisa dapatkan 200-300 transaksi. Sebulan 5.000-8.000 transaksi. Ketika 2018, saya dapat hadiah umrah dari BRI. Saya senang dan bahagia karena masih jadi Agen BRILink baru bisa dapat umrah. Waktu itu transaksi di saya, sekitar 4.000an dan masih belum banyak kompetitor,” kata Aang.
Sekembalinya dari ibadah umrah, Aang terus bersemangat menjalankan usaha BRILink. Dia bahkan sudah mempekerjakan empat karyawan, sehingga bisa membuka lapangan kerja.
“Karyawan mengikuti kebiasaan saya. Cara ngomongnya sama. Mereka sudah tiga tahun ini tidak ada yang mau keluar. Saya kasih gaji cukup. Kalau ramai, saya kasih lebih. Lebaran ada THR juga,” kata Aang.