Kota ini selalu didatangi banyak pengunjung untuk melihat berbagai situs warisan dunia terkenal dari seluruh dunia dan juga arsitektur abad pertengahan yang memperindah kota tersebut.
Venturini mengatakan kota tersebut menjadi tegang ketika jumlah wisatawan harian mencapai 30-40 ribu orang.
Jumlah pengunjung yang sudah berlebihan itu menyebabkan gang-gang sempit setempat dipenuhi orang dan taksi air penuh sesak. Hal ini menyebabkan masalah bagi kehidupan sehari-hari warga lokal.
Meski begitu, beberapa warga masih tidak yakin dengan rencana tersebut untuk mencegah wisatawan massal.
Bahkan, beberapa terdapat unjuk rasa yang dilakukan untuk menentang pemberlakukan biaya pendaftaran dan wisata untuk mengunjungi Kota Venesia.
“Memberikan tiket untuk memasuki suatu kota tidak akan mengurangi satu unit pun jumlah pengunjung yang datang,” kata Tommaso Cacciari, seorang aktivis yang mengorganisir protes terhadap tindakan tersebut hari ini.
Juru kampanye lainnya, Marina Rodino, menambahkan: "Ini bukan museum. Ini bukan Pompeii. Ini adalah kota, di mana kita harus berjuang agar rumah-rumah dapat dihuni oleh keluarga, dan toko-toko dibuka kembali. Itulah yang akan melawan pariwisata liar ini,".
Sejumlah wisatawan pun turut menentang pemberlakukan biaya tersebut dan sempat terjadi bentrok antara masyarakat dengan polisi setempat pada saat aksi unjuk rasa.
(Rizka Diputra)