DUBAI di Uni Emirat Arab (UEA) dikenal sebagai surga dunia. Di sana banyak konglomerat dunia yang terbiasa hidup penuh dengan kemwahan. Banyak hal dilakukan mereka demi memuaskan hasrat duniawi.
Salah satunya ialah Porta Potty, yakni fenomena membayar wanita demi memuaskan fantasi seksual mereka dengan membuang tinja ke dalam mulut.
Para PSK itu nantinya dibayar hingga ratusan juta untuk jadi 'kloset' para konglomerat Dubai. Sisi gelap Dubai ini pun terungkap di media sosial hingga menjadi perbincangan warganet.
Berdasarkan laporan African Insider mengenai keberadaan toilet porta di Dubai telah beredar sejak awal tahun 2016. Adapun, beberapa pengakuan tersedia secara online untuk dibaca dan ditonton.
Terlebih, situs web yang tampaknya didedikasikan untuk merekrut toilet manusia untuk orang kaya di Dubai juga terungkap.
Diduga website dubaiportapotty.top ini merekrut beberapa pekerja asing wanita yang ingin bekerja di Dubai ini ditawarkan gaji yang tinggi. Namun, mereka tidak tahu bahwa dipekerjakan sebagai pelacur.
Apalagi, tren pispot porta di Dubai sungguh tidak menyenangkan. Dilihat dari media sosial, hal ini melibatkan laki-laki kaya yang menghabiskan uang untuk perempuan demi melakukan aktivitas yang tidak dianggap normal di masyarakat.
Para wanita influencer dari luar negeri dibawa ke dalam negeri di rumah-rumah mewah mereka dan kemudian mereka melakukan apa yang mereka perintahkan.
Meski tindakan ini tidak menyenangkan, banyak perempuan yang ikut serta karena tindakan ini menguntungkan.
Laki-laki yang terlibat dalam kegiatan ini sangat kaya sehingga mampu membayar perempuan berapapun mereka inginkan. Ini adalah uang cepat bagi para wanita ini karena tidak bertahan lama.
Bayarannya berkisar antara USD25.000 hingga USD50.000. Adapun sekitar Rp400 juta hingga Rp800 juta jika kurs berkisar Rp16.000 terhadap dolar.
Sementara itu, sebagian besar pihak yang terlibat adalah perempuan, tindakan tersebut melambangkan bentuk ketundukan dan perlunya kontrol.
Banyak yang tidak mau tunduk pada aturan tersebut, terutama laki-laki yang menjelaskan mengapa perempuan menjadi korban.
Dinamika tersebut menunjukkan bahwa perempuan berada pada posisi inferior dan merendahkan diri demi mendapatkan uang.
Hal ini juga menambah fakta bahwa perempuan sangat berorientasi pada uang dan tidak mampu benar-benar mencintai seseorang tanpa melibatkan uang.
Hal ini juga menunjukkan bahwa perempuan cepat menyerah pada tekanan teman sebaya dari orang lain yang mampu menjalani gaya hidup mewah tersebut.
(Rizka Diputra)