KEMUNCULAN flu Singapura di Indonesia membuat para ibu-ibu semakin khawatir akan keselamatan si kecil. Apalagi anak-anak masih sering aktif bermain bersama teman sebayanya. Terlebih virus dari flu Singapura ini bisa sangat cepat menular dari satu anak ke yang lainnya.
Tak jarang anak-anak masih sering aktif bermain bersama teman sebayanya untuk sementara waktu dijaga lebih ketat agar tidak mudah terinfeksi. Selain dengan menjaga kebersihan dan meningkatkan imun si kecil, para orangtua juga mempertanyakan terkait dengan vaksin flu Singapura untuk mencegah rantai penularannya.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI & Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K) mengungkap bahwa vaksin flu Singapura memang sudah ada bentuk fisiknya, tetapi belum masuk ke Indonesia.
“Jadi kebetulan vaksin untuk HFMD itu belum ada di kita. Belum ada artinya belum masuk di Indonesia,” kata Prof. Edi dalam media briefing IDAI beberapa waktu lalu.
Selain itu, menurut Prof. Edi kehadiran vaksinasi tidak bisa serta merta tersedia di suatu negara apabila angka kesakitan dan kematian terhadap suatu penyakit rendah. Sebagai contoh pada pandemi Covid-19 kemarin yang angka kematian dan kesakitannya begitu tinggi. Sehingga sangat penting adanya vaksinasi untuk melindungi imun tubuh dari rantai penyebaran Covid-19.
“Sehingga kalau dia misalnya penyakit-penyakit yang menyebabkan kematian tinggi, pasti vaksinnya sudah dilakukan pembuatan, karena untuk menjaga kematian,” ujarnya.
Sementara itu, untuk angka kematian akibat flu Singapura ini masih tergolong rendah, meskipun telah mengalami kenaikan kasus yang signifikan di Indonesia. Anak-anak yang terinfeksi flu Singapura hanya disarankan untuk tetap menjaga nutrisi dan isolasi selama lima sampai dengan tujuh hari hingga virusnya melemah serta tak menularkan lagi.
"Tapi kalau virus Singapura ini terus terang aja memang angka kematiannya sangat rendah dibandingkan kalau misalnya Covid-19 ya. Covid-19 kan angka kematian tinggi sehingga vaksinnya cepat muncul. Maka penggunaannya pun dalam kondisi emergensi,” tutur Prof. Edi.