KASUS Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini semakin meningkat di beberapa wilayah Indonesia. Pada tahun lalu, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI 2023 terdapat 114.435 kasus DBD di 465 kabupaten/Kota di 34 Provinsi Indonesia, ditambah dengan angka kematian yang mencapai 893 jiwa.
Demam berdarah tidak hanya menyerang orang dewasa melainkan juga anak-anak. Maka dari itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Imran Pambudi, MPHM menjelaskan pencegahan DBD perlu dilakukan salah satunya dengan melakukan 3M Plus vaksin DBD di lingkungan keluarga dan sekitar.
“Pelaksanaannya sendiri tidak harus menunggu adanya kerja bakti. Oleh sebab itu, upaya-upaya yang kita lakukan adalah merevitalisasi Pokja demam berdarah di daerah, melakukan gerakan inovasi PSN, 3M Plus vaksin, dan G1R1J yaitu Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik,” kata dr Imran saat ditemui belum lama ini, di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, inovasi pencegahan dan pengendalian DBD seperti pemberian vaksin terbukti efektif dan efisien dalam mencegah DBD. Untuk itu, saat ini terdapat dua jenis vaksin dengue yang sudah mendapat izin penggunaan dari Badan POM (BPOM) dan telah beredar di masyarakat. Dua vaksin tersebut yakni vaksin Dengvaxia dan vaksin QDenga.
“Kemudian terkait vaksinasi dengue, jadi sampai saat ini ada dua jenis vaksin yang beredar mendapatkan izin edar dari BPOM. Pertama, yang menurut petnya adalah Dengvaxia, itu diberikan izin oleh BPOM tahun 2016,” ucap dr Imran.
Pemberian vaksin Dengvaxia diberikan sebanyak tiga dosis dengan rentang usianya 9-16 tahun, namun sebelum dilakukan pemberian pada anak biasanya akan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan urologi.
“Sedangkan untuk vaksin QDenga ini, itu rentangnya bisa lebih usianya 6-45 tahun diberikan dosisnya dua kali dan tanpa skrining awal kemudian untuk vaksinasi dengue ini juga ada provinsi Kalimantan Timur yang sudah termasuk ke dalam program mereka,” katanya.
Disisi lain, Dokter sekaligus Praktisi Kesehatan, dr Ngabila Salama menambahkan vaksin ini relatif aman digunakan dan tidak menimbulkan efek samping. Apalagi, keefektivitasan pencegahannya bisa mencapai 95 persen.