Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pesona Kampung Merah di Utara Siak Sri Indrapura

Siska Maria Eviline , Jurnalis-Rabu, 03 April 2024 |15:49 WIB
Pesona Kampung Merah di Utara Siak Sri Indrapura
Pesona Kampung Merah di Utara Siak Sri Indrapura. (Foto: Siska Maria Eviline/Okezone)
A
A
A

ETNIS Tionghoa diperkirakan masuk ke Siak Sri Indrapura, Riau pada akhir abad ke-19. Berdasarkan cerita masyarakat lokal, kehadiran mereka merupakan undangan langsung dari Sultan Syarif Kasim II yang menjabat kala itu. 

Hal itu dilakukan Sultan Syarif untuk menumbuhkan semangat wirausaha untuk masyarakat setempat. Warga keturunan Tionghoa ini kemudian mendiami kawasan utara Siak, berjarak 500 meter dari Istana Siak yang dikenal sebagai Pecinan Siak. 

Di sana, mereka membangun rumah ibadah bernama Kelenteng Hock Siu Kong yang pembangunannya membutuhkan waktu 9 tahun. Kelenteng tersebut kemudian resmi beroperasi pada 1898, sekitar 5 tahun setelah Istana Siak rampung dibangun.

Menariknya, desain Kelenteng Hock Siu Kong ditukangi oleh Vande Morte, arsitek Jerman yang juga menggarap desain Istana Siak. Pelataran kelenteng menyuguhkan mural yang menggambarkan kisah Delapan Dewa (Ba Xian) dalam mitologi Taoisme.

Kelenteng Hock Siu Kong di Pecinan Siak Sri Indrapura, Riau. (Foto: Siska Maria Eviline/Okezone)

Delapan Dewa merupakan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa yang mewakili delapan kondisi hidup: muda, tua, miskin, kaya, rakyat jelata, ningrat, laki-laki, dan perempuan. Mural itu kemudian dipermanis dengan ukiran 12 shio di bagian bawah.

Arsitektur Hock Siu Kong terbilang sederhana namun begitu mencolok karena warnanya. Atap kelenteng ini dihiasi patung dua naga dan dua burung merak. Sementara pada bagian tengah patung itu terdapat ukiran singa, kuda, teratai, dan naga. 

Kelenteng Hock Siu Kong di Pecinan Siak Sri Indrapura, Riau. (Foto: Siska Maria Eviline/Okezone)

Memasuki pintu utama kelenteng, pengunjung akan disuguhi lukisan Delapan Dewa dan ukiran bunga. Kho, salah satu penjaga Hock Siu Kong mengatakan, tak ada perubahan dari kelenteng itu sejak pertama kali berdiri.

“Semua yang ada di sini masih asli semua. Kalaupun ada penambahan, hanya memberikan sayap pada kiri dan kanan bangunan utama kelenteng saja,” ujar Kho kepada Okezone, pada 10 Maret 2024.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement