JIKA lazimnya liang lahat panjangnya dua meter dan lebar 0,5 hingga satu meter, namun tidak dengan kuburan yang satu ini. Berloaksi di Kampung Kramat, Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, makam ini panjangnya mencapai sembilan meter dengan lebar 0,5 meter.
Makam ini berbeda dengan makam-makam pada umumnya karena memiliki panjang 9 meter dan lebar 0,5 meter.
Makam tersebut konon sudah berusia sangat tua dan biasa disebut oleh warga sekitar sebagai Makam Keramat Panjang.
Disebutkan oleh sang juru kunci makam, Habib Hamzah bin Toha Assegaf bahwa terdapat jasad mulia seorang waliyullah sekaligus ulama besar asal Hadramaut, Yaman yaitu Habib Abdullah bin Ali Al-Uraidhi yang menyebarkan agama Islam hingga ke Indonesia. Beliau datang berdakwah ke Indonesia pada abad ke-10.
(Foto: Instagram/@sigit_permono)
Habib Abdullah Al-Uraidhi nasabnya tersambung kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dari garis Sayyidina Husein.
Tuanya usia makam bisa dibuktikan dengan ditemukannya beberapa obyek arkeologis di sekitar kawasan seperti fragmen keramik, gerabah, fragmen kapan, dan lain-lain.
Dahulu, Habib Abdullah bersama istrinya Aminah Khan menyebarkan agama Islam ke Aceh, Palembang, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan berakhir di Pulau Jawa tepatnya di wilayah Pakuhaji, Tangerang hingga akhir hayatnya yang menginjak usia 107 tahun.
Masyarakat yang ziarah ke tempat ini datang dari berbagai daerah, dari luar negeri seperti Turki, Yaman, Singapura, Malaysia dan lainnya.
Menurut kisahnya, saat Habib Abdullah tiba di wilayah Pakuhaji, beliau mempersunting seorang gadis di daerah tersebut yakni Siti Sulaiha. Makam kedua istrinya tersebut berada tidak jauh dari Makam Habib Abdullah yang dianggap keramat tersebut.
Habib Abdullah bisa sampai ke Pakuhaji, Tangerang lantaran kapal yang ditumpanginya saat berdakwah rusak berat. Ia bersama awak kapal yang beliau bawa kemudian mencoba memperbaiki kapal di sekitar desa itu.
Terdapat dua sisi makam tersebut, terdapat batu nisan dengan ukuran cukup besar ditutup dengan kain sehingga tak nampak tulisannya. Bila ditanya kenapa namanya makam Keramat Panjang, perawakan Habib Abdullah memang sangat tinggi beda jauh dengan postur tubuh penduduk setempat.
"Kalau nama keramat itu, karena kampung ini namanya Kampung Keramat. Dari situ akhirnya disebut Makam Keramat Panjang," terang sang kuncen.
(Foto: (Foto: Instagram/@sigit_permono)
Adapun orang-orang yang berziarah ke makam tersebut, rata-rata berwasilah dengan cara membacakan tahlil. Ketika mereka melakukan tahlil, mereka akan duduk menghadap ke makam, sambil membuka tudung dan berdoa ke arah batu nisan.
Makam Keramat Panjang sebelumnya sempat direncanakan menjadi salah satu destinasi wisata religi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang. Namun, pihak juru kunci dan warga sekitar tidak mengizinkan. Dikhawatirkanmuncul permasalahan yang sensitif jika sudah mengarah pada komersialisasi.
(Rizka Diputra)