“Masjid ini adalah masjid Kerajaan Banggae. Saya lihat di lontar, pada tahun 1608 itu peresmian agama Islam sebagai agama kerajaan karena sebelumnya adalah agama Hindu,” kata Gaus seperti dikutip dari mandarnews.com.
Seperti telah disebutkan, Masjid Syekh Abdul Mannan kabarnya dibangun hanya dengan bermodalkan putih telur sebagai perekat dinding. Dan secara arsitektur memang masjid ini tampak sangat sederhana.
Kendati begitu, bangunannya terbukti masih awet hingga kini di mana sebagian besar ornamen masjid seperti kubah, dinding batu, menara, serta ukiran masih asli. Keindahan arsitektur kuno masjid terlihat jelas pada bagian tempat wudhu, di mana bentuknya masih berupa batu pahat yang disusun.
Tidak hanya itu saja, keindahan dan keunikan arsitektur Masjid Syekh Abdul Mannan ialah banyaknya ukiran dan ornamen jadul yang estetik dan sarat makna. Yang paling menonjol adalah ornamen bintang dengan lima sisi yang dipadukan dengan matahari dan bulan sabit.
“Bintang yang punya lima sisi itu merupakan simbol shalat lima waktu, matahari dan bulan makannya siang dan malam. Kita sebagai umat islam tanggung jawab mendirikan shalat waktu setiap harinya,” terang Gaus.
Selain itu, adapul wadah untuk berwudhu, dan ornamen tombak serta keris sebagai tanda peninggalan Kerajaan Banggae. Di sana juga terdapat ornamen mirip daun yang berjumlah 30, yang bermakna pedoman hidup umat Islam yakni Alquran yang terdiri dari 30 juz.
(Rizka Diputra)