Namun, Pangeran Lembu Peteng meyakinkannya bahwa ia tidak akan pernah meninggalkannya. Namun, kebahagiaan mereka terpotong saat Kyai Besari dan Pangeran Bedalem menemukan mereka.
Pangeran Lembu Peteng pun dibunuh, dan Roro Kembang Sore, dalam kebingungannya, menolak untuk kembali bersama ayahnya.
Pangeran Bedalem akhirnya tewas bunuh diri lantaran panik mendengar berita bahwa dirinya dikejar oleh bala tentara Majapahit oleh karena menghabisi nyawa Pangeran Lembu Peteng.
Akibat kematian Pangeran Bedalem, pimpinan Kadipaten Betak pun diisi oleh adiknya, Pangeran Kalang.
Roro Kembang Sore melarikan diri dan akhirnya bertemu dengan Mbok Rondo Dadapan, yang mengizinkannya tinggal di sana. Namun, putra Mbok Rondo, Joko Bodho, jatuh cinta pada Roro Kembang Sore. Meskipun ditolak berkali-kali, Joko Bodho terus mendesaknya.
(Foto: X/@NanuWisnu)
Akhirnya, Roro Kembang Sore menyuruh Joko Bodho menjalani Topo Mbisu sebagai syarat agar bisa menikahinya, sementara dia sendiri akan pergi ke Gunung Cilik. Ketika mereka berdua menghilang, Mbok Rondo mencari mereka dan menemukan Joko Bodho di sebuah bukit.
Ketika melihat Joko Bodho tetap enggan menanggapi panggilannya, Mbok Rondho Dadapan semakin marah. Meskipun demikian, Joko Bodho tetap teguh pada janjinya untuk bertapa sesuai syarat yang diajukan oleh Nyi Roro Kembang Sore.
Kemarahan Mbok Rondho Dadapan mencapai puncaknya dan ia secara tak sengaja mengeluarkan kata-kata kasar.
Kemudian, langit bergemuruh, halilintar menyambar dan menimpa Joko Bodho, yang akhirnya berubah menjadi batu. Mbok Rondho Dadapan menangis tersedu melihat anaknya berubah bentuk.