KISAH legenda Nyi Roro Kembang Sore terjadi pada masa Kerajaan Majapahit saat masih berkuasa di tanah Jawa.
Roro Kembang Sore adalah putri dari Adipati Bedalem dan Roro Retno Mursodo dari Kadipaten Betak.
Mengutip laman budaya-indonesia.org, Roro Kembang Sore terkenal karena kecantikannya yang rupawan, yang membuat banyak pria terpesona.
Namun, meskipun memiliki daya tarik yang luar biasa, Roro Kembang Sore tidak pernah menikah dan memilih untuk menjadi seorang resi sepanjang hidupnya.
Pengkhianatan dilakukan oleh Kyai Kasan Besari terhadap gurunya, Kyai Pacet, akibat hasutan Pangeran Kalang.
Hal itu sangat menyakitkan bagi Resi Winadi yang sebenarnya tak lain adalah sosok wanita cantik bernama Roro Kembang Sore Ia menyamar sebagai seorang pendeta di Gunung Cilik.
Saat itu, ia mengalami perasaan campur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan, karena ibunya, Roro Mursodo, datang berkunjung setelah sekian lama tak bertemu. Di pangkuan ibunya, Roro Kembang Sore menangis, sang ibu mengelus rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Mereka berdua merasa bahwa segalanya sudah berakhir, terutama setelah kehilangan Pangeran Bedalem, suami Roro Mursodo, dan Roro Inggit, adiknya. Bagi Roro Kembang Sore, luka hatinya semakin dalam karena ia baru saja merasakan cinta untuk pertama kalinya.
Konon pada sore hari, di Taman Sari Kadipaten Betak, ia bertemu dengan pria gagah perkasa, Pangeran Lembu Peteng, hingga keduanya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Pangeran Lembu Peteng lupa akan tugasnya mencari Kyai Besari dan Adipati Kalang karena teralihkan oleh pesona Roro Kembang Sore. Mereka berdua terjebak dalam percintaan yang muda dan membiarkan diri mereka tenggelam dalam keindahan cinta tanpa menyadari bahaya yang mengintai.
Peristiwa ini kemudian melahirkan skandal yang melibatkan Roro Kembang Sore dan Pangeran Lembu Peteng, yang dilaporkan kepada ayah Roro, Pangeran Bedalem.
Sang ayah pun murka karena skandal yang melibatkan putrinya. Alhasil, Pangeran Bedalem menyatakan perang melawan Pangeran Lembu Peteng.
Namun, perang tersebut tidak menghasilkan apapun yang berarti. Pangeran Lembu Peteng kemudian membawa pergi Roro Kembang Sore, tetapi mereka terus dikejar oleh Pangeran Bedalem.
Saat dalam pelarian, Roro Kembang Sore mengungkapkan ketakutannya kepada Pangeran Lembu Peteng, takut tiba-tiba ditinggal sendiri begitu saja.