TES skrining untuk mendeteksi kanker ovarium dengan sangat akurat kini dapat dilakukan menggunakan artificial intelligence (kecerdasan buatan). John McDonald seorang profesor emeritus Georgia Tech mengatakan AI memiliki tingkat akurasi hingga 93 persen untuk mendeteksi kanker ovarium.
“Mewakili arah baru yang menjanjikan dalam deteksi dini kanker ovarium, dan mungkin juga kanker lainnya,” kata John McDonald dikutip dari New York Post, Rabu (31/1/2024).
Hal tersebut tentu menjadi kabar bahagia, pasalnya deteksi dini merupakan suatu hal yang sangat penting. Sayangnya kanker ovarium merupakan silent killer yang biasanya tidak menunjukkan gejala apapun. Jarang sekali gejala yang ditemukan walaupun melakukan pemeriksaan panggul secara rutin.
Untuk melakukan tes kanker ovarium menggunakan AI, ilmuwan Georgia Tech mengatakan profil metabolik seorang wanita dapat digunakan untuk menentukan secara akurat apakah terkena terkena kanker ovarium atau tidak.
“Pendekatan yang dipersonalisasikan terhadap diagnosis kanker ini lebih informatif dan akurat secara klinis dibandingkan tes biner tradisional,” kata McDonald.

Mengutip jurnal Gynecologic Oncology edisi online Maret. Para peneliti memfokuskan upaya mereka pada metabolit molekul yang dihasilkan dari proses kimia, dalam darah.
Biasanya, metabolit yang berpotensi mengubah keadaan telah diidentifikasi dalam kelompok yang luas dan bukan sebagai entitas individu, jelas rekan penulis Jeffrey Skolnick.
Kurang dari 7 persen dari sel-sel tersebut dalam darah telah dikarakterisasi secara kimia, namun pembelajaran mesin yang dipadukan dengan teknik analisis spektrometri massa telah memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi karakteristik unik yang dapat membuka jalan bagi diagnosis kanker ovarium.
Dia mengatakan bahwa dengan pendekatan baru ini, ribuan metabolit dapat dideteksi dengan mudah dan akurat sehingga dapat dilakukan diagnostik kanker ovarium yang akurat.
“Jelas, ada kebutuhan yang sangat besar akan tes diagnostik dini yang akurat untuk penyakit berbahaya ini,” kata McDonald.
Tim peneliti optimis bahwa metodologi baru ini, yang diuji pada 564 wanita, juga dapat mengarah pada skrining dini untuk jenis kanker lainnya.