ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) membangun sistem kesehatan yang tahan terhadap perubahan iklim sekaligus rendah karbon. Hal itu dibuat tentu bukan tanpa alasan, sebab para menteri kesehatan di lebih dari 75 negara meminta kepada WHO untuk membangun sistem kesehatan yang berkelanjutan.
Menurut WHO, risiko kesehatan akibat perubahan iklim yang terjadi sangat banyak dan beragam. Oleh sebab itu, frekuensi kejadian cuaca ekstrim seperti panas, banjir, badai, kekeringan, dan polusi udara menyebabkan beberapa penyakit.
Kondisi tersebut akan menekan kesehatan di kalangan masyarakat, layanan kesehatan, dan mengganggu penghidupan, terutama di wilayah pesisir dataran rendah, daerah rawan kekeringan dan banjir, serta negara kepulauan kecil.
“Di seluruh dunia, sistem kesehatan rentan terhadap dampak perubahan iklim, tapi mereka juga berkontribusi terhadap perubahan iklim,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku Direktur Jenderal WHO, dikutip dalam rilis WHO yang terdapat di keterangan resmi Kemenkes, Jumat (12/1/2024).