EMAS menjadi logam yang sangat berharga bagi masyarakat, khususnya para wanita Madura. Hal ini tidak lepas karena emas merupakan benda termahal kedua setelah berlian.
Harga emas juga terbilang sangat stabil di angka yang tinggi. Dilansir dari logammulia.com, harga emas saat ini berada di angka Rp1.121.000 per gram.
Bagi para wanita Madura, mereka sangat senang mengenakan perhiasan termasuk yang terbuat dari emas dalam jumlah yang banyak. Bahkan, tidak jarang mereka menggunakannya sangat berlebihan.
Sebagai contoh, saat mereka memiliki lima buah cincin, tiga buah kalung, dan enam gelang, mereka tidak ragu untuk menggunakannya sekaligus secara bersamaan. Oleh sebab itu, banyak yang menilai jika perempuan Madura sombong atas kekayaannya.

Tak jarang pula, para wanita Madura yang mengenakan perhiasan emas dalam jumlah banyak disebut dengan istilah 'toko emas berjalan' akibat saking banyaknya emas yang menempel di badannya.
Lantas apakah benar begitu? Apa sebenarnya alasan Wanita Madura suka pakai perhiasan yang banyak sekaligus?
Dilansir dari berbagai sumber, alasan wanita Madura suka pakai perhiasan emas dalam jumlah banyak ialah karena mereka menjadikan perhiasan emas sebagai identitas status ekonomi.
Wanita Madura juga menganggap jika perhiasan emas adalah tolak ukur mereka untuk bisa dihargai. Terlebih, saat mereka bepergian ke berbagai daerah di luar Pulau Jawa, mereka menggunakannya agar dihargai oleh warga setempat.
Perhiasan memang tidak sebatas menjadi hiasan badan saja oleh para wanita Madura. Namun, perhiasan akan meningkatkan kepercayaan diri mereka di lingkungan masyarakat karena memiliki status sosial yang tinggi.

Pasalnya, tidak sembarang perhiasan yang mereka beli, melainkan perhiasan yang terbuat dari emas 22 karat.
Selain untuk menunjukkan status sosial ekonomi, menggunakan perhiasan emas juga menjadi ciri khas Madura untuk tradisi yang berkembang di Madura.
Dengan begitu, meski Madura berada di pulau yang terpisah dengan Pulau Jawa, Madura tetap memiliki kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
(Rizka Diputra)