Price menambahkan bahwa keberhasilan evakuasi ini merupakan contoh dari proses evakuasi pesawat yang berjalan dengan baik. "Ini juga menunjukkan kekuatan pesawat modern dan seberapa baik desainnya dalam mengatasi keadaan darurat," tambahnya.
Kebakaran di dalam pesawat telah lama menjadi salah satu ancaman utama terhadap keselamatan penerbangan, terutama karena material yang mudah terbakar seperti bahan bakar dan komponen lainnya yang dapat memicu kebakaran.
Menurut penjelasan Braithwaite, kabin pesawat seperti Airbus A350 telah dirancang dengan menggunakan bahan khusus yang memiliki kemampuan untuk memperlambat penyebaran api serta mengurangi jumlah asap beracun yang dihasilkan.
Kecelakaan Bandara Manchester pada tahun 1985, yang mengakibatkan 55 kematian saat sebuah penerbangan British Airtours terbakar saat lepas landas, telah menjadi pemicu untuk memertimbangkan ulang tentang aspek keselamatan pesawat.
(Foto: Kyodo via Reuters)
Saat ini, pesawat dirancang dengan pintu darurat yang mudah diakses dari semua tempat duduk, dan lampu yang menunjukkan lokasi pintu darurat, terutama dalam situasi pandangan yang buruk seperti keadaan saat asap menyebar di dalam kabin.
"Namun demikian, keberuntungan juga turut berperan dalam situasi ini. Faktor seperti seberapa besar kerusakan pada badan pesawat akibat kecelakaan atau peran dari petugas pemadam kebakaran dalam memadamkan api, mungkin menjadi faktor penting yang memberikan kesempatan berharga bagi penumpang untuk melarikan diri dalam situasi darurat tersebut," terang Braithwaite.
Ia juga menyoroti bahwa bencana pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan, yaitu kecelakaan penerbangan Japan Airlines yang jatuh di gunung dekat Tokyo pada tahun 1985, yang menewaskan 520 orang, telah menjadi pemicu bagi perusahaan ini untuk lebih memerhatikan dan memprioritaskan keselamatan penumpang.
(Rizka Diputra)