Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kok Bisa 379 Penumpang Japan Airlines Berhasil Selamat dari Kebakaran? Ini Faktor Kuncinya!

Nanda Dwi Cahyani , Jurnalis-Kamis, 04 Januari 2024 |07:56 WIB
Kok Bisa 379 Penumpang Japan Airlines Berhasil Selamat dari Kebakaran? Ini Faktor Kuncinya!
Pesawat Japan Airlines terbakar hebat usai bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai di Bandara Haneda, Tokyo (Foto: Issei Kato/Reuters)
A
A
A

REKAMAN video mengerikan yang menunjukkan pesawat Japan Airlines terbakar saat mendarat di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang menggemparkan dunia di awal tahun 2024 ini.

Namun, luar biasanya, seluruh penumpang berjumlah 379 orang yang berada di dalam pesawat Airbus A350 tersebut selamat meski pesawat itu bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai Jepang saat mencoba untuk mendarat.

Graham Braithwaite, seorang ahli keselamatan penerbangan dari Cranfield University di Inggris, memberikan pendapatnya kepada Business Insider.

Menurut Braithwaite, fitur desain yang canggih pada pesawat dan pelatihan tingkat tinggi bagi kru penerbangan alias awak kabin adalah faktor utama yang memungkinkan evakuasi yang sukses dan menyelamatkan seluruh penumpang dalam keadaan darurat seperti itu.

Sebelumnya, pesawat Japan Airlines dengan nomor penerbangan JAL-516 terbakar saat mendarat di Bandara Haneda, Tokyo pada Selasa malam setelah bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai yang dalam perjalanan memberikan bantuan untuk korban gempa dan tsunami.

Publik disuguhkan oleh adegan dramatis dari dalam pesawat yang dipenuhi asap saat penumpang dievakuasi. Video amatir tersebut juga memperlihatkan momen ketika penumpang meluncur melalui seluncuran darurat dan berlari menjauh dari pesawat yang terbakar.

Pesawat Japan Airlines Terbakar

(Foto: Jiji Press/EPA)

Meskipun upaya petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api dilakukan, namun tak lama setelahnya, pesawat ludes dilalap si jago merah.

Menurut peraturan keselamatan, perancang pesawat diwajibkan memastikan bahwa pesawat bisa dievakuasi dalam waktu 90 detik dengan hanya 50 persen pintu keluar yang tersedia jika terjadi kecelakaan.

"Kisah ini tak hanya mencerminkan tindakan luar biasa yang dilakukan oleh awak pesawat, tapi juga peran penting dari penumpang yang berhasil mengevakuasi banyak orang dari pesawat sebelum api menyebar dengan cepat," kata Price, seorang profesor penerbangan dari Universitas Denver di Negara Bagian Metropolitan Colorado kepada Business Insider.

"Dalam situasi yang menegangkan seperti ini, yang lebih mengagumkan lagi adalah bagaimana penumpang tetap tenang dan tidak panik, jika terjadi sebaliknya hanya akan menimbulkan kebingungan dan bahaya bagi orang lain," lanjutnya.

Price juga menyebutkan bahwa meskipun terdapat tim penyelamat dan pemadam kebakaran di bandara, mereka membutuhkan waktu hingga tiga menit atau lebih untuk sampai ke lokasi kejadian.

Price menambahkan bahwa keberhasilan evakuasi ini merupakan contoh dari proses evakuasi pesawat yang berjalan dengan baik. "Ini juga menunjukkan kekuatan pesawat modern dan seberapa baik desainnya dalam mengatasi keadaan darurat," tambahnya.

Kebakaran di dalam pesawat telah lama menjadi salah satu ancaman utama terhadap keselamatan penerbangan, terutama karena material yang mudah terbakar seperti bahan bakar dan komponen lainnya yang dapat memicu kebakaran.

Menurut penjelasan Braithwaite, kabin pesawat seperti Airbus A350 telah dirancang dengan menggunakan bahan khusus yang memiliki kemampuan untuk memperlambat penyebaran api serta mengurangi jumlah asap beracun yang dihasilkan.

Kecelakaan Bandara Manchester pada tahun 1985, yang mengakibatkan 55 kematian saat sebuah penerbangan British Airtours terbakar saat lepas landas, telah menjadi pemicu untuk memertimbangkan ulang tentang aspek keselamatan pesawat.

Pesawat Japan Airlines Terbakar

(Foto: Kyodo via Reuters)

Saat ini, pesawat dirancang dengan pintu darurat yang mudah diakses dari semua tempat duduk, dan lampu yang menunjukkan lokasi pintu darurat, terutama dalam situasi pandangan yang buruk seperti keadaan saat asap menyebar di dalam kabin.

"Namun demikian, keberuntungan juga turut berperan dalam situasi ini. Faktor seperti seberapa besar kerusakan pada badan pesawat akibat kecelakaan atau peran dari petugas pemadam kebakaran dalam memadamkan api, mungkin menjadi faktor penting yang memberikan kesempatan berharga bagi penumpang untuk melarikan diri dalam situasi darurat tersebut," terang Braithwaite.

Ia juga menyoroti bahwa bencana pesawat terburuk dalam sejarah penerbangan, yaitu kecelakaan penerbangan Japan Airlines yang jatuh di gunung dekat Tokyo pada tahun 1985, yang menewaskan 520 orang, telah menjadi pemicu bagi perusahaan ini untuk lebih memerhatikan dan memprioritaskan keselamatan penumpang.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement