Waktu pertama membuat gerakan mengkampanyekan ‘Biliar Tanpa Judi’, Endy Wisuda dianggap aneh dan ‘sesat’ oleh kawan-kawannya. Maklum, selama ini biliar sudah terlanjur tak dapat dilepaskan dari hal-hal negatif seperti minuman keras, judi, dan sejenisnya. Namun dengan konsistensi yang dilakukan Endy, saat ini terbukti gerakan yang dirintisnya mendapat dukungan dan disambut baik masyarakat. Banyak rumah-rumah biliar yang ikut terpantik mengusung jargon ‘Biliar Tanpa Judi’.
Coach Endy Wisuda (kedua kanan) bersama Direktur Sales dan Marketing Esmal Diansyah (kedua kiri) usai berkunjung ke iNews Tower, Jakarta pada Rabu (27/12/2023). (Foto: iNews Media Group/Aldhi Chandra Setiawan)
Perjalanan Endy hingga sampai di titik ini boleh dibilang cukup panjang dan berliku. Menggemari biliar sejak SMP mengantarkan Endy menjadi pebiliar terkenal di Palembang. Banyak jago-jago biliar di Kota Pempe itu berhasil ditaklukannya. Pundi-pundi Endy pun menggembung, karena waktu itu main biliar adalah bermain judi. Angkanya hingga puluhan juta.
Namun keberlimpahan uang dan ketenaran membuat Endy lelah dan tidak tenang karena tidak ada keberkahan. Hingga sampai pada keputusan besar dalam hidupnya, yaitu berhenti total bermain biliar, meninggalkan ketenaran dan keberlimpahan pada 2016. Bahkan Endy menutup toko biliar yang dirintis sejak muda. “Setelah stop main biliar beberapa tahun, saya berpikir kalau bukan saya yang membuat biliar punya citra positif siapa lagi?” kata Endy.
Hal itu dimulai dengan membuat channel YouTube dengan konten-konten edukasi tentang biliar, mulai dari bagaimana mahir bermain biliar hingga ‘Biliar Tanpa Judi’ yang digagasnya. Konten yang dibuatnya tersebut menjadi channel YouTube pertama tentang biliar di Indonesia dengan subscriber yang menyentuh 50 ribu.