Pengunjung akan disambut oleh Lorong Tsunami sebelum benar-benar masuk ke dalam area museum. Lorong tersebut sangat minim pencahayaan. Kanan dan kiri temboknya berlinang air. Di tengah perjalanan, air bukan hanya berada di dinding tetapi juga mengucur di atas kepala sehingga tidak sedikit wisatawan yang langsung berlarian agar bisa berteduh. Momen ini mengenang kejadian 19 tahun lalu, di mana masyarakat Aceh kala itu berlari berhamburan ketika mengalami gempa bumi dan tsunami.
Setelah itu wisatawan akan disambut dengan sebuah ruangan yang berisi berbagai foto pasca tsunami. Tidak hanya itu saja, di dalam ruangan ini pun ada layar LED besar yang memperlihatkan suasana pasca tsunami. Layar besar ini membuat wisatawan akan benar-benar merasakan kejadian kala itu.
Perjalanan berlanjut ke sumur doa. Ruangan ini merupakan simbol kuburan massal korban tsunami. Di dalamnya terdapat 3.600 nama korban di sekeliling dinding-dinding sumur. Kemudian, di sebelah ruangan ini terdapat lorong kebingungan yang berisi 99 asmaul husna atau nama-nama Allah yang mulia. Hal ini menandakan jika di setiap kebingungan yang terjadi, Allah bisa membantu para hamba-Nya. Karena segala urusan di dunia ada di genggamanNya.
Di ujung lorong, pengunjung akan disambut dengan sebuah jembatan dengan atap yang dihiasi puluhan bendera dari negara yang telah membantu Aceh saat pascatsunami. Seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Turki, Republik Ceko, Swedia, Finlandia, Rusia, Malaysia, Singapura, Jepang, dan lainnya.