CANDI Borobudur di Magelang, Jawa Tengah semakin bersih dan indah setelah diterapkan aturan baru yang melarang keras vandalisme serta buang sampah sembarangan. Hal itu pun jadi sorotan media internasional.
South China Morning Post (SCMP), surat kabar terpopuler di Hong Kong misalnya menyebut Candi Borobudur kini memiliki pesona yang lebih memukau berkat aturan baru. Tak ada lagi vandalisme yang biasa ditemukan pengunjung di candi ini.
Koran pertama berbahasa Inggris di Hong Kong itu mengutip pernyataan pemandu wisata Candi Borobudur bernama Din. Menurut pria lokal itu, sebelumnya Candi Borobudur sering mendapat tindakan vandalisme.
“Ada bungkus permen yang disisipkan di antara celah ukiran, bahkan ujung cerutu tertancap di batu, dan banyak coretan,” kata Din seperti dikutip dari SCMP, Rabu (20/12/2023).
BACA JUGA:
Din menceritakan betapa bahagianya dia dengan perubahan Candi Borobudur sejak dibuka kembali sejak Maret 2023, setelah sempat ditutup akibat pandemi COVID-19.
Ia mengatakan bahwa pada Maret 2020, ertepatan dengan munculnya COVID-19, pemerintah daerah ditekan oleh UNESCO untuk menutup candi Buddha terbesar di dunia itu karena masalah yang sedang berlangsung, termasuk vandalisme, coretan, dan permen karet.
“Sebelum penutupan, anak-anak memanjat stupa dan memasukkan payung mereka ke panel. Dan tidak ada toilet, jadi mereka buang air kecil di botol air,” katanya.

Praktek masyarakat setempat yang memanjat stupa untuk menyentuh Buddha demi keberuntungan juga menjadi masalah. Pasalnya, batu tersebut perlahan-lahan mulai terkikis.
BACA JUGA:
Alhasil, praktik tersebut dihentikan pada tahun 2019 setelah kepala bayi tersangkut di kisi-kisi batu dan stupa harus dibuka.
Peraturan dan regulasi baru di Candi Borobudur ini bertujuan untuk melestarikan kuil dan kekayaan sejarah serta budaya.
Kompleks candi juga dibatasi untuk 1.200 pengunjung setiap harinya dan 150 pengunjung per jam, dalam slot waktu delapan jam.
Selain itu, pengunjung juga diberikan sandal bambu model flip-flop untuk dipakai dan harus dikawal oleh pemandu yang berasal dari masyarakat setempat.
(Salman Mardira)