Akhirnya uang mereka sedikit demi sedikit terkumpul. Lalu mereka berpikir, bagaimana jika semakin banyak mitra yang memperkuat bisnisnya? Mereka pun berpikir untuk mencari mitra kesepuluh itu.
Akhirnya, Athiyyah menyampaikan satu nama untuk mitra kesepuluh tersebut, yaitu Allah SWT. Allah SWT sebagai mitra kesepuluh akan menerima 10% dari keuntungan operasional mereka. Mereka membuat perjanjian dan harapan agar mitra kesepuluh tersebut akan memberikan perlindungan, pemeliharaan, dan perawatan terhadap semua wabah penyakit.
Usulan Athiyyah pun disetujui, mereka akhirnya membuat surat perjanjian dibawah notaris yang memuat seluruh syarat-syaratnya. Termasuk menyebut Allah sebagai mitra yang kesepuluh. Tak disangka, bisnisnya langsung meraup untung di tahun pertama. Mereka kemudian bersepakat untuk meningkatkan bagian keuntungan mitra kesepuluh sebesar 20% pada tahun berikutnya. Baru pada tahun kedua akhirnya mencapai 50%.
Selanjutnya Ir Sholah Athiyah dan rekan-rekanya mengusulkan untuk mendirikan universitas di kota tersebut. Namun ditolak dengan alasan tidak adanya sarana prasarana pendukung bagi mahasiswa.
Lalu, mereka mengusulkan pembangunan universitas lengkap menggunakan jalur kereta, dengan kereta dan stasiun menggunakan dana mereka sendiri. Tujuan dibangun kereta tersebut untuk mempermudah transportasi ke kota tersebut bagi mahasiswa atau penduduk lainnya. Akhirnya, universitas pertama di kota itu pun didirikan.
BACA JUGA: