MARAKNYA platform belanja online yang menawarkan pembayaran cicilan yang dikenal sebagai "paylaters" memang seperti jebakan. Cicilan memang mempermudah kita untuk mendapatkan barang, tapi tanpa sadar menambah panjang daftar utang kita.
Apalagi, kini banyak platform peminjaman uang yang cepat dan mudah atau dikenal sebagai "pinjols" telah memberikan cara bagi sebagian generasi milenial untuk membeli barang dan mendapatkan uang baru. Hanya saja, banyak orang yang menggunakan pinjaman tersebut tanpa pikir panjang.
Dengan kemudahan yang ditawarkan oleh Paylater dan Pinjol, generasi milenial senang dan sering kali mudah untuk menunda pembayaran. Memang, sangat sulit bagi mereka untuk memenuhi kewajiban pembayarannya jika tidak memiliki dana hingga jatuh tempo.
Mungkin Anda berpikir hal itu akan teratasi dengan bekerja, tapi siapa yang mengira bahwa penagihan dan status keuangan calon pekerja kini memainkan peran penting bagi banyak perusahaan? Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mencari pekerjaan karena tunggakan pembayaran cicilan rumah.
Perusahaan yang mereka lamar mengetahui bahwa lulusan tersebut memiliki kondisi keuangan yang buruk karena nilai kredit Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK yang rendah. Pada akhirnya, kesalahan pengelolaan utang dapat mempersulit keuangan Anda dan justru mempersulit Anda mendapatkan pekerjaan.
Faculty Head Sequis Quality Builder Sequis Training Academy of Excellence Fandi Murdani menyebut, semua berawal dari rasa penasaran akan popularitas payrate, iming-iming uang mudah, kemungkinan mendapat pinjaman cepat di saat mendesak, dan fenomena FOMO (fear of missing out), yang terjadi karena media sosial.
Apa yang sempat dianggap sebagai solusi finansial bagi Paylater dan Pinjol, justru menimbulkan keresahan karena mereka dilaporkan oleh debt collector dan mendapat berbagai ancaman dan terorisme. Mordani pun menghimbau generasi milenial untuk menghindari budaya konsumerisme, membatasi pengeluaran dan disiplin dalam perencanaan keuangan demi keamanan finansial.
Dia juga menyarankan masyarakat untuk menghindari pembayar dan pinjaman. Namun, jika Anda merasa perlu memanfaatkannya, periksa dulu kekuatan finansial Anda, apakah Anda mampu membayar cicilannya tepat waktu, dan cari tahu dulu cara kerjanya.
"Buatlah rencana keuangan jangka panjang secara rinci. Catat semua pemasukan, pengeluaran yang direncanakan, dan rangkum pengeluaran sebenarnya. Pencatatan bisa dilakukan harian, mingguan, atau bulanan dapat membantu Anda menilai apakah Anda sedang menabung atau membuang-buang uang," kata dia dalam keterangan tertulisnya.
“Anda dapat menggunakan pendapatan untuk menutupi pengeluaran mendesak dibandingkan utang, sehingga Anda dapat menilai kecukupan keuangan Anda dalam jangka pendek. Pastikan juga bahwa Anda memiliki dana yang cukup untuk menilai dan mempersiapkan masa depan," tambahnya.
Nah, jika Anda sudah terlanjur terjebak dalam pinjaan online, berikut tips dari Fandi untuk menjadikan finansial sehat, sehingga kita memiliki ketahanan finansial. Cobalah, hitung semua dari cicilan, yang termasuk pokok, bunga dan denda. Mengendalikan keinginan belanja sangat penting. Jika ingin membeli sesuatu yang bukan kebutuhan pokok, pertimbangkan peruntukan barang tersebut apakah sangat penting, bisa ditunda, atau tidak harus dibeli. Jika harus dipenuhi apakah tersedia dana?
“Jika Anda memaksakan diri harus belanja dengan cara bayar belakangan atau dengan pinjaman. Apalagi, jika saat ini masih ada pinjaman berjalan yang belum lunas maka ingatlah ada bunga yang nanti harus dibayar dan denda jika tidak dibayar tepat waktu," katanya.
"Jika membayar tagihan dengan jumlah minimum, berarti beban utang dan bunga pada bulan berikutnya akan bertambah. Memaksakan diri belanja dan mencicil dapat membuat keuangan tidak stabil dan sudah pasti rencana masa depan akan terganggu,” sebut Fandi.
Fandi mengingatkan para milenial agar berhati-hati saat tidak memiliki uang tunai karena bisa saja ada kecenderungan memanfaatkan paylater. Pikirkan dahulu apakah sudah begitu darurat sehingga belanja tidak dapat ditunda? Apakah harus dipenuhi dengan paylater?
“Ketika perencanaan keuangan berada di antara kepungan janji manis paylater maka ingat kembali resolusi akhir tahun Anda yang ingin menguatkan finansial. Dengan demikian, menjalankan perencanaan keuangan bukan lagi pilihan antara penting atau tidak penting; apakah perlu atau tidak perlu dijalankan," katanya.
"Sebaliknya, sudah menjadi keharusan dan sangat penting. Komitmen ini akan membantu Anda terhindar dari perilaku belanja impulsif, kebocoran tabungan, dan lebih mudah menjalankan resolusi tahun baru,” jelas Fandi.
(Martin Bagya Kertiyasa)