Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengenal Sindrom Nasi Goreng yang Lagi Populer di TikTok

Devi Ari Rahmadhani , Jurnalis-Senin, 06 November 2023 |12:14 WIB
Mengenal Sindrom Nasi Goreng yang Lagi Populer di TikTok
Nasi Goreng. (Foto: FoodRecipe)
A
A
A

NASI goreng merupakan salah satu makanan yang menjadi favorit banyak orang. Bahkan juara 6 kali MotoGP Marc Marquez pun kepincut dengan kenikmatan nasi goreng.

Tapi, memang nasi yang biasanya terbuat dari campuran nasi putih, minyak, kecap, garam, dan aneka bawang memang memiliki kalori yang sangat tinggi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut kalori sepiring nasi goreng berada di angka 267.

Bukan hanya itu, nasi goreng pun tidak bisa didiamkan terlalu lama di suhu ruangan. Nasi goreng yang telah lama berada pada suhu ruangan, bisa memberi masalah kesehatan jika dikonsumsi atau yang biasa disebut sindrom nasi goreng.

Sindrom tersebut timbul jika seseorang mengkonsumsi makanan yang sudah dimasak, dan disimpan di suhu ruangan cukup lama, sehingga ia mengalami keracunan. Nah, beberapa waktu lalu viral salah satu video di akun TikTok seorang mahasiswa meninggal dunia akibat sindrom Nasi goreng.

Dilansir dari laman New York Post, kasus tersebut terjadi di Belgia dan dokter yang merinci kasus itu mengatakan bahwa pria itu kemungkinan meninggal akibat bakteri Bacillus cereus, yaitu bakteri berisiko muncul didalam makanan. Bakteri ini biasanya muncul pada makanan yang sudah dimasak dan berada di suhu ruangan.

Meskipun bernama Sindrom Nasi Goreng, tapi aturan ini berlaku hampir ke semua masakan. Salah satunya juga terjadi pada seorang pria yang memasak spageti atau pasta dan menyimpannya di wadah plastik seperti kotak bekal. Ia berniat untuk menyimpannya beberapa hari ke depan, sehingga ketika ia ingin memakannya, ia tinggal menambahkan beberapa saus dan memanaskannya kembali.

Makanan tersebut dibiarkan di suhu ruangan, selama lima hari dan kemudian dia panaskan kembali. Ketika makanan dia makan kembali, dia merasa kalau makanan tersebut telah memiliki rasa yang berbeda, hanya saja ia mengira kalau itu semua berasal sari saus yang ia gunakan.

Setelah habis makanan itu disantap, ia pun melanjutkan kegiatan lainnya berupa olahraga selama 30 menit, dan dari sanalah awal gejala dimulai, sesampainya di rumah pria itu mendadak merasa mual, sakit perut, dan sakit kepala. Ketika pulang ia muntah-muntah selama beberapa jam dan merasakan kembali dua kali saat tengah malam namun disertai diare cair.

Pria itu tidak mengkonsumsi obat apapun, ia hanya meminum air putih dan mencoba menidurkannya dengan harapan keadaannya bisa lebih baik. Keesokan harinya sekitar pukul 11 pagi orangtuanya khawatir karena terlihat belum bangun, saat mereka mengecek ke dalam kamarnya ternyata justru menemukan pria itu sudah meninggal dunia.

Tim medis memeriksa kalau pria atau mahasiswa itu meninggal dunia setelah 10 jam mengkonsumsi spageti yang di makannya, dan hasil otopsi lima hari kemudian juga menemukan kalau pria itu mengalami nekrosis hati sentrililobular sedang, hal itu juga yabg mengakibatkan hatinya mati tidak bekerja.

Sedangkan pada saus dan sisa pasta yang ia makan dikirim ke Laboratorium Referensi Nasional untuk Wabah Food-borne sebagai evaluasi, dan menemukan bahwa sebagian besar bakteri yang ditemukan adalah Bacillus cereus, yang mana pada kasus ini bakteri kemungkinan hanya menimbulkan infeksi.

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement