BARU-baru ini, kata toxic relationship terdengar di tengah-tengah pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal tersebut bermula dari Politikus PDIP Aria Bima yang menyebut jika Presiden Jokowi masuk ke dalam hubungan toxic relationship karena terpapar virus orde baru.
“Kami tidak ingin toxic Orde Baru yang ada di lingkaran Pak Jokowi ini membawa pengaruh buruk terhadap Pak Jokowi. Kita akan ikut awasi," ucap Aria Bima, dikutip dari YouTube Official iNews, Kamis (2/11/2023).
Aria Bima mengatakan, hubungan yang tak sehat itu berujung pada penunjukan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden cawapres Prabowo. Menurutnya, keputusan tersebut tidak sesuai dengan standar.
Selain itu, keputusan Gibran meninggalkan PDIP dinilai tidak beretika. Jalan Gibran menuju KPU juga sangat mulus berkat putusan Mahkamah Konstitusi yang diduga ada peran sang paman.
Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan toxic relationship?

Mengutip dari TIME, Kamis (2/11/2023), Lillian Glass, pakar komunikasi dan psikologi asal California yang menciptakan istilah Toxic Relationship dalam bukunya Toxic People, mendefinisikan hubungan beracun sebagai hubungan apa pun yang tidak saling mendukung.
Di mana terdapat konflik dan yang satu berusaha meremehkan yang lain ketika ada persaingan. Selain itu ada rasa tidak hormat dan kurangnya kekompakan.
"Hubungan yang beracun bersifat mental, emosional, dan bahkan mungkin secara fisik merusak salah satu atau kedua pihak," tutur Dokter Pengobatan Keluarga yang berbasis di California yang berspesialisasi dalam kesehatan mental, Kristen Fuller.
Glass juga menyampaikan jika toxic relationship dapat terjadi di berbagai hubungan bukan hanya hubungan antar kekasih.
"Hubungan ini tidak harus romantis. Hubungan persahabatan, kekeluargaan, dan profesional juga bisa menjadi racun," kata Glass.