MEDIA sosial tengah dihebohkan dengan isu galon dengan kandungan BPA. Galon mengandung BPA terdapat pada beberapa galon yang terbuat dari polikarbonat, alias zat pengeras.
Menurut Dokter Aesthetic sekaligus influence, dr Nadia Alaydrus menjelaskan ciri-ciri galon yang terdapat BPA yaitu galon yang kemasannya keras dan tidak transparan. Pada bagian kemasannya terdapat kode plastik bernomor tujuh.
“Kalian bisa lihat kode itu ada dibawah kemasan galonnya. BPA ini bisa loh luntur ke dalam air didalamnya, bisa juga karena udah dicuci berulang kali,” kata dr Nadia, dikutip dalam akun TikTok miliknya @nadialaydrus, Senin (16/10/2023).
Lebih lanjut dr Nadia mengatakan kondisi itu juga bisa dikarenakan yang sudah bertahun-tahun dipakai. Atau dikarenakan juga karena galon tersebut sudah terlalu lama terjemur dibawah sinar matahari.
Dikarena terkena pencucian berulang dan panas ini BPA bisa luntur dan bercampur ke dalam air minum. Sehingga hal itu juga bisa menjadi masalah jika seseorang tidak mengetahui galon yang digunakan dalam sehari-harinya.
“Salah satu pakar mengatakan semakin lama ikatan plastik polikarbonat itu semakin gak kuat dan akhirnya semakin banyak juga BPA yang luruh kedalam air minum,” ucap dr Nadia.
Penggunaan BPA dibeberapa negara maju sudah mulai dilarang. Karena bahaya yang ditimbulkan, BPA itu bisa menyebabkan kanker, kesehatan otak, autisme, masalah prostat, hingga perubahan perilaku anak. Bahkan tidak hanya orang dewasa, zat ini juga berbahaya pada bayi, anak-anak, atau janin.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Menurut dr Nadia beberapa merk galon di Indonesia sudah BPA. Cara mengetahuinya dengan melihat pada bagian bawah galon pada logi segitiga, kode akan terlihat nomer satu, dan pasti plastiknya berwarna transparan itu artinya bertanda BPA free.
Selain aman, galon BPA juga menguntungkan karena bisa melihat air didalamnya. Supaya lebih yakin kalau air didalam kemasan itu bersih, dr Nadia menyarankan untuk pilih galon yang tutupnya itu kedap udara, supaya virus kotoran tidak masuk dan terkontaminasi.
“Karena yang terpenting tidak menunggu kejadian terlebih dahulu baru menyadari dampak yang terjadi,” katanya.
(Leonardus Selwyn)