KEBAKARAN Gunung Bromo, Jawa Timur akibat pengunjung menyalakan flare, berdampak buruk pada keseimbangan ekosistem lingkungan. Keberadaan edelweiss atau bunga abadi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) kini terancam punah.
Edelweiss yang dikenal sebagai bunga khas pegunungan salah satu flora ikon dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Namun kini terancam punah karena kebakaran lahan dan ulah manusia yang memetiknya sembarangan.
Edelweiss dulu tumbuh subur di lereng-lereng pegunungan kawasan TNBTS. Ada tiga jenis edelweiss di TNBTS; Anaphalis Javanica, Anaphalis Visida, dan Anaphalis Longifolia.
BACA JUGA:
Anaphalis Javanica termasuk dari tanaman yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.92/Menlhleetjen/Kum.1/8/2018 tentang perubahan atas peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.20/MenLHK.SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
Edelweis merupakan tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara. Dapat mencapai ketinggian 8 meter dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 meter. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai langka.
Biasanya jenis bunga ini tumbuh di gunung berapi, karena edelweis termasuk dalam merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus.
BACA JUGA:
Sementara edelweiss Jawa (Anaphalis Javanica), pertama kali ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barat, Indonesia, oleh ilmuwan asal Jerman bernama Caspar Georg Carl Reinwardt, dan diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz pada 1819. Nama Edelweiss berasa dari bahasa Jerman, ‘edel’ yang artinya mulia dan ‘weiss’ artinya putih.
Indonesia memiliki sejumlah pegunungan dengan padang hamparan Edelweiss yang luas. Yaitu, di Gunung Lawu, Gunung Semeru, Gunung Rinjani, Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Papandayan.