SAAT ini masih banyak orang yang belum paham jika ancaman resistensi antimikroba (AMR) sangat berbahaya. Apalagi AMR ini sering menimbulkan syok sepsis sebab tubuh pasien sudah resisten terhadap berbagai antibiotik sehingga antibiotik tak bisa mengobati tubuhnya lagi yang digerogoti oleh mikroba maupun bakteri.
Lalu apa benar pasien ICU lebih rentan terhadap AMR?

Dokter Spesialis Anestesi Konsultan Perawatan Intensif dari Eka Hospital Dr Vannesi T Silalahi mengatakan, memang benar pasien ICU yang paling rentan terhadap AMR. "Ini terjadi karena daya tahan tubuh mereka sudah rendah. Saya selalu menerangkan ke keluarga pasien ICU jika kondisi pasian sedang kritis," ujarnya dalam acara seminar Pfizer Indonesia-Eka Hospital bertema Peran Nakes dan Keluarga Pasien dalam Mewujudkan Tata Laksana Penggunaan Antimokroba yang Bijak dan Rasional di ICU.
BACA JUGA:
Lalu kapan kondisi kritis pasien selesai?
Dokter Vannesi mengatakan, kondisi kritis selesai kalau pasien sudah keluar dari ICU. Sebab ICU memang kondisi yang mengancam nyawa.
"Biasanya diharapkan pasien di ICU ya targetnya 2-3 hari saja lalu keluar," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Dokter Vannesi, maka pasien butuh antibiotik, antimikroba yang tepat guna, yang timing-nya pas. "Jika pasien sampai kena AMR, biasanya ujungnya syok sepsis ini kan bhaya. Sebab syok sepsis 70 persen menyebabkan kematian, hal ini haris kita jelaskan ke keluarga pasien."