BELUM lama ini viral di sosial media X terkait pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan lembur kerja setiap hari menyebabkan kematian dini.
“Studi WHO: Lembur kerja setiap hari bisa meningkatkan resiko k*matian dini,” tulis pernyataan dalam sebuah foto dari Folkative, Minggu 27 Agustus 2023.
Hal ini menjadi perbincangan banyak netizen. Beberapa ada yang terkejut, sementara beberapa netizen lainnya merasa akan mengalami hal tersebut karena terlalu banyak lembur.
“Tertampar, tapi tetep lanjut lembur soalnya ya mau gimana lagi ya,” tulis netizen.
“Lembur mulu tiap hari nambah jam mulu, tp aku masih butuh duit soalnya. Jadi ya dah gpp,” tulis netizen lainnya.
“Waduh,” tulis netizen lain.
Lantas, benarkah lembur bekerja dapat meningkatkan kematian dini?
Dalam penelitian WHO dan ILO secara global pada 2016, 398 ribu orang meninggal karena stroke dan 347 ribu karena penyakit jantung. Semua itu akibat dari bekerja setidaknya 55 jam dalam seminggu.

Hasil penelitian tersebut memperlihatkan peningkatan jumlah kematian akibat lembur. Dari data 2000 dan 2016, jumlah kematian akibat penyakit jantung karena jam kerja yang berlebih yakni sebesar 42 persen dan dari stroke sebesar 19 persen.
Beban penyakit terkait pekerjaan ini kebanyakan menyerang pria (72 persen kematian terjadi di antara pria), orang-orang yang tinggal di wilayah Pasifik Barat dan Asia Tenggara, dan pekerja paruh baya atau lebih tua.
Sebagian besar kematian yang tercatat dialami oleh orang-orang yang berusia 60-79 tahun yang telah bekerja selama 55 jam atau lebih per minggu.
Studi ini menyimpulkan bahwa bekerja 55 jam atau lebih per minggu meningkatkan risiko stroke 35 persen lebih tinggi dan 17 persen penyakit jantung iskemik. Perhitungan tersebut dibandingkan dengan seseorang yang bekerja selama 35-40 jam seminggu.
Sayangnya adanya pandemi malah membuat seseorang lebih sering bekerja lembur. Berdasarkan analisis baru yang datang kala pandemi Covid-19, perubahan ini disebabkan oleh perubahan cara bekerja.
"Pandemi Covid-19 telah secara signifikan mengubah cara banyak orang bekerja. Teleworking telah menjadi norma di banyak industri, cara ini sering mengaburkan batas antara rumah dan tempat kerja," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.